Argumentasi
Kritis Tentang Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan
Pendidikan Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan
Pendidikan merupakan
tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan
dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi dapat tumbuh
dengan sebaik-baiknya dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan
datang. Pada zaman sebelum
kemerdekaan zaman Hindia Belanda menginstruksi bahwa pihak rakyat diberi
pengajaran membaca, menulis dan berhitung, akan tetapi hanya seperlunya saja
dan melulu untuk mendidik orang-orang pembantu dalam beberapa usahanya. Jadi
semata-mata guna memperbesar keuntungan perusahaan-perusahaannya sendiri. Untuk
anak-anak bangsa Eropa dibolehkan secara bebas. Dari sini dapat dilihat jelas
bahwa ketika pihak belanda membolehkan rakyat Indonesi sekolah hanya untuk
kepentingan dagang bangsa belanda tersebut.
Sistem pendidikan
kolonial yang materialistik, individualistik, dan intelektualistik, sehingga Ki Hajar Dewantara mendirikan
Taman siswa. Ki Hadjar Dewantara memberikan beberapa pedoman dalam
menciptakan kultur positif seorang pendidik. Semboyan Trilogi pendidikan
memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan atau guru dan peserta
didik adalah: Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan. Ing madya mangun karsa pada saat di antara
pesetra didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung tulada,
berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau
contoh dengan tindakan yang baik.Prinsip pendidikan di Taman Siswa yaitu hak
menentukan nasib sendiri, siwa mandiri, pendidikan yang mencerahkan masyarakat,
perjuangan menuntut kemandirian, sistem ketahan diri, dan pendidikan anak-anak.
Perkembangan taman
siswa diberbagai daerah menjadi tonggak awal dari kemerdekaan pendidikan di
Indonesia hingga pertumbuhan pendidikan Indonesia semakin maju dengan banyaknya
sekolah-sekolah yang didirikan dengan berpedoman pada prinsi pendidikan Ki
Hajar Dewantara mengenai kemerdekaan atau kemampuan pribadi bertujuan agar
peserta didik dapat leluasa mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses
belajar. Hal ini selaras dengan semboyan “Tutwuri Handayani”. Yang berarti
mengikuti dari belakang dan memberikan pengaruh. Mengikuti dari belakang
berarti memberikan kebebasan kepada anak didik tanpa meninggalkan pengawasan.
Sehingga anak didik tidak bebas lepas tanpa pengawasan dan juga tidak terkekang
atau terhambat dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai manusia merdeka.
Referensi
Wiryopranoto, Suhartono, dkk. 2017. Ki Hajar Dewantara “Pemikiran dan
Perjuangannya”. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Kemendikbud.
Yuniarti, Eka. 2017.Pemikiran Pendidikan
Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Kurikulum 13. Jurnal Penelitian, Vol.11, No.2, Agustus 2017.