“KONDISI
PEMBELAJARAN”
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran, salam satunya adalah kualitas dalam proses pembelajaran.
Kualitas proses pembelajaran akan semakin meningkat jika antusiasme belajar peserta didik juga meningkat, yang ditandai oleh peningkatan rasa keingintahuan (curiousity), tingginya motifasi untuk bertanya, rajin menulis makalah, dan senantiasa sensitif terhadap isuisu pengetahuan mutakhir.
Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi pisik pembelajaran?
2. Bagaimana kondisi sosial emosional pembelajaran
3. Bagaimana kondisi organisasional?
4. Bagaimana kondisi administrasi teknis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi pisik pembelajaran.
2. Untuk mengetahui sosial emosional pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kondisi organisasional.
4. Untuk mengetahui kondisi administrasi teknis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kondisi Belajar
Pengelolaan kelas merupakan usaha mengatur segala hal dalam proses pembelajaran yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Gagne dalam bukunya “Condition of Learning” (1977) menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada situasi tersebut. Kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:
1. Kondisi internal (internal condition)
Kondisi internal adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.
Yang dimaksud dengan kondisi internal, yaitu kondisi/ situasi yang ada didalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanan, ketenteramannya. Siswa dapat belajar dengan baik, jika kebutuhan internalnya dapat terpenuhi.
Menurut Maslow, ada tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, antara lain :
a. Kebutuhan Fisiologis
Merupakan kebutuhan jasmani manusia, misalnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat, dan kesehatan. Untuk dapat belajar secara efektif dan efisien, siswa harus sehat, dan jangan sampai sakit sehingga dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar seseorang.
b. Kebutuhan akan Keamanan
Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa yang jauh dari rasa kecewa, takut, kegagalan, dsb. Oleh karena tu, agar cara belajar siswa dapat ditingkatkan kearah yang efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi pelajaran yang ingin dipelajari.
c. Kebutuhan akan Kebersamaan dan Cinta
Manusia dalam hidup membutuhkan kasih-sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain. Disamping itu, ia akan merasa bahagia jika dapat membantu dan memberikan cinta-kasih kepada orang lain.
d. Kebutuhan akan Status
Setiap orang akan berusaha semaksimal mungkin, agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, diperlukan sifat optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
e. Kebutuhan Self – Actualisation
Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang. Oleh karena itu, siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik, akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan.
f. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
Yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi, dan untuk mengerti sesuatu. Hanya dengan belajarlah upaya pemenuhan kebutuhan ini dapat terwujud.
g. Kebutuhan Estetik
Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. Hal ini hanya mungkin terpenuhi, jika siswa belajar tanpa henti dan tidak hanya selama di pendidikan formal saja, melainkan juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.
2. Kondisi eksternal (eksternal condision)
Kondisi eksternal adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbedabeda untuk setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kondisi eksternal yang berbeda pula.
Misalnya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif, diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, seperti :
a. Ruang belajar harus bersih, tidak terdapat bau yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran.
b. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu pandangan mata.
c. Sarana yang diperlukan tercukupi untuk belajar,misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan lain-lain.
B. Macam-Macam Kondisi Belajar
1. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting dalam hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan belajar.
Pengaturan ruang belajar didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik seperti pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di iringi dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar siswa.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
a. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
b. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
c. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
d. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
e. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Kondisi dan lingkungan yang menjadi perhatian dan kepedulian dalam terciptanya pembelajaran sebagai berikut:
a. Ruang Tempat Berlangsungnya Pembelajaran
Besarnya ruangan kelas sangat bergantung kepada beberapa hal antara lain: jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal dalam kelas atau pembelajaran di ruang praktikum) dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan (kegiatan bersama secara klasikal atau kegiatan dalam kelompok kecil).
Ruang belajar yang merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi ruang kelas, laboratorium, dan ruang serba guna atau auditorium.
1) Ruang Kelas
Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka tumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional. Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa. Oleh karena itu kelas harus dikelola 5 sedemikian rupa, sehingga memberi tempat bagi perkembangan siswa. Dalam penataan uang kelas, pengaturannya bisa berdasarkan tujuan pengajaran, waktu yang tersedia, dan kepentingan pelaksanaan cara belajar siswa aktif.
Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan:
a) Penataan ruang kelas.
Dengan adanya penataan ruang kelas maka kelas menjadi terasa nyaman sebagai tempat untuk belajar dan bermain bagi siswa bila ruangan kelas tertata rapi. Penempatan setiap fasilitas dalam kelas mengikuti asas estetis (keindahan) dan asas safety (kenyamanan).
b) Perlengkapan kelas.
Perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas meliputi: papan tulis dan penghapusnya, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, almari kelas, jadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar presiden dan wakil presiden serta lambang Garuda Pancasila, tempat cuci tangan dan lap tangan, tempat sampah, sapu lidi, sapu ijuk dan sulak, gambar-gambar lain / alat peraga dan kapur atau spidol.
2) Ruang Laboraturium
Sekolah Dasar yang memiliki laboraturium, agar berfungsi sebagai tempat praktik, harus ditata dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a) Tata letak peralatan kelas mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap saat dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan.
b) Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia.
Air dan penerangan dalam ruang laboratorium sangatlah penting karena jika siswa selesai melakukan pembelajaran di laboratorium yang pasti akan mencuci tangan atau perabot yang digunakan. Agar menghemat waktu jadi siswa tidak perlu ke kamar mandi atau mencari sumber air, jadi di dalam ruangan tersebut telah disediakan air, begitu pula dengan penerangan yang baik.
c) Air limbah dari saluran ruang laboraturium tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Limbah air dari bekas kegiatan di laboratorium haruslah tepat pembuangannya agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
d) Tersedia lemari penyimpanan untuk bahan dan alat yang tidak digunakan sehari-hari.
Di laboratorium haruslah tersedia lemari untuk menyimpan bahan dan alat yang tidak digunakan agar awet dan tahan lama. Penataan bahan dan alat haruslah diberi nama agar dalam pencarian lebih mudah. Disesuaikan juga dengan bahan dan alat yang sejenis agar tidak terkontaminasi dengan alat lainnya yang terbuat dari bahan yang berbahaya.
e) Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih.
Lantai harus tidak licin karena jika licin apabila saat berjalan dapat menjadikan kekacauan misalnya jatuh. Dinding harus warna putih karena dapat memberikan kenetralan jadi tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.
f) Bahan yang membahayakan harus disimpan pada tempat yang aman. Harus tetap memperhatikan keselamatan dan kenyamanan maka bahan yang dianggap berbahaya penyimpanannya harus tepat.
3) Ruang Auditorium/ Ruang Serbaguna
Berfungsi sebagai tempat diskusi, harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
a) Adanya panggung pertunjukan\
b) Adanya ruang pakaian pria/wanita secara terpisah
c) Harus dilengkpai dengan kamar mandi/wc pria/wanita secara terpisah
d) Lantai yang digunakan harus datar dan tidak licin
e) Dinding aula harus dilapisi oleh lapisan peredam suara supaya suara tidak bergema.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan yaitu:
a) Ukuran bentuk kelas
b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja
c) Jumlah siswa dalam kelas
d) Jumlah siswa dalam setiap kelompok
e) Jumlah kelompok dalam kelas
f) Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
b. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk hendaknya bersifat fleksibel, artinya sewaktu-waktu dapat disesuaikan dengan kegiatan dan pola pembelajaran.untuk menertibkan pengaturan tempat duduk sebaiknya dibuatkan denah tempat duduk yang sewaktu-waktu dapat diubah. Tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Menurut Dra. Komsini dalam bukunya Manajemen Kelas bahwa ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penempatan siswa di kelas yaitu:
1) Siswa tidak terus menerus menempati tempat duduk yang sama sepanjang tahun. Harus ada perubahan dan penggeseran 8 setidaknya setiap semester atau bisa di buat tiap bulan sesuai dengan kebutuhan demikian juga pasangan duduknya bergantian.
2) Diusahakan tidak ada siswa yang duduk sendirian, kalau terpaksa harus duduk di depan dan tidak terus menerus sendiri.
3) Siswa yang lebih pendek, siswa yang kurang dengar, siswa yang kurang dapat lihat diutamakan duduk di depan.
4) Siswa yang sering membuat kegaduhan, suka mengganggu temannya dijauhkan dengan siswa yang sejenis dan jangan ditempatkan terlalu jauh dari guru.
5) Siswa yang suka merenung, melamun, kurang memperhatikan penjelasan guru jangan ditempatkan terlalu di belakang.
Sementara itu, macam-macam pengaturan tempat duduk yang dapat digunakan meliputi:
1) Pola berderet/berbaris-berjajar.
Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini cocok untuk pengajaran formal. Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk dibelakang dan yang pendek duduk di depan. Tempat duduk seperti ini memudahkan para siswa juga guru bergerak dari deretan satu kederetan yang lain. Namun, terdapat kelemahankelemahan yaitu mengurangi keleluasaan siswa belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempunyai otoritas mutlak dan memberikan pengaruh langsung yang besar pada siswa. Akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung, tidak ada kegiatan kerja kelompok yang dapat dilakukan, dan komunikasi antar siswa menjadi terbatas.
2) Pola susunan berkelompok.
Pola ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari kelompok satu ke kelompok lain. Otoritas guru berperan dalam posisi desentralisasi, guru hanya memberikan bimbingan pada siswa.
3) Pola formasi tapal kuda.
Pola ini menempatkan posisi guru berada di tengah-tengah para siswanya. Pengaturan formasi ini memberikan kemudahan pada siswa untuk saling berkomunikasi dan berkonsultasi. Pola tapal kuda biasa dipakai jika pelajaran banyak memerlukan diskusi antar siswa atau dengan guru.
4) Pola lingkaran atau persegi.
Dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang harus direkam atau dicatat, bentuk pola inilah yang tepat. Seandainya ada suatu kegiatan/alat yang harus ditunjukkan /diperagakan, kegiatan atau alat itu dapat diletakkan di tengah-tengah sehingga mudah dilihat dan dikomentari oleh siswa.
Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang kan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan. Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa
c. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk. Kapur tulis yang dipergunakan sebaiknya kapur yang bebas dari debu dan selalu bersih. Penerangan, ventilasi dan warna dalam ruangan kelas merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan kelasnya, karena mempunyai pengaruh terhadap suasana dan efektivitas pekerjaan khususnya pembelajaran.
d. Pengaturan Penyimpanan Barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai dan cara pengambilan dari tempat khusus hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut segera dapat dipergunakan. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik harus dicek dan recek.
Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.
e. Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
1) Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya Burung Garuda, Teks Proklamasi, Slogan pendidikan, gambar pahlawan, Peta/Globe, gambar Presiden dan Wakil Presiden, serta gambar lainnya. Pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran berikut:
a) Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas.
b) Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster afirmasi yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-poster tersebut.
c) Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
2) Penempatan almari yang dapat digunakan untuk menyimpan buku yang dapat diletakkan di depan serta almari untuk menyimpan alat peraga yang dapat diletakkan di belakang.
3) Pemeliharaan kebersihan yang dapat dilakukan dengan mengatur jadwal kebersihan secara bergiliran yang dilakukan oleh siswa untuk membersihkan kelas serta guru harus memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas setiap hari.
2. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Berikut ini yang termasuk kondisi sosio-emosional adalah sebagai berikut:
a. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan siswa yang apatis. Tetapi di pihak lain dapat menumbuhkan sikap yang agresif. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi, karena itu semua aktifitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat bergantung. Tipe kepemimpinan yang laizez-faire biasanya tdak produktif walaupun ada kepemimpinan. Dalam kepemimpinan tipe ini biasanya aktivitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada.
Tipe ini cocok bagi siswa yang innerdirected dengan kondisi siswa tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif, dan tidak selalu menunggu pengarahan. Tipe kepemimpinan guru yang menekankan sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahaban guru dan siswa dengan dasar saling mempercayai. Dengan memperhatikan ke tiga model kepemimpinan diatas para guru (khususnya di Indonesia), seharusnya mengembangkan asas-asas kepemimpinan yang ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.
Selain itu, dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru juga harus menempatkan diri sebagai: model, pengembang, perencana, pembimbing, dan fasilitator.
b. Sikap Guru
Sikap guru haruslah sabar dan tetap bersahabat dengan siswa. Terimalah siswa dengan hangat dan berlaku adil dalam bertindak. Sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang dan juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan.
c. Suara Guru
Suara guru yang melengking tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh dan juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa memperhatikan pelajaran.
d. Pembinaan Hubungan
Baik Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya. Hubungan guru dengan murid harus dibangun berdasarkan fungsi masing-masing dalam kegiatan pembelajaran di kelas, akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman berhubungan seperti dengan orang tuanya.
3. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
a. Pergantian Pelajaran
Ketika terjadi pergantian dalam pelajaran harus disikapi oleh guru karena dalam proses ini ada jeda (kekosongan) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari siswa dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan baik bahwa ketika mengakhiri pelajaran guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.
b. Guru Berhalangan Hadir
Guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa seperti berlarian kesana-kemari menggangu kelas lain, dan menimbulkan kerusakan pada fasilitas kelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
c. Masalah Antar Siswa
Masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru harus memahami karakteristik dan potensi siswa sehingga dapat dipahami keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik diantaranya:
1) Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti kegiatan upacara bendera.
2) Kegiatan lain, kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan rekreasi dan sosial.
4. Kondisi Administrasi Teknis
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen pembelajaran di dalam kelas seperti daftar presensi, kerapian, kebersihan dan keteraturan daftar presensi akan memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Keterdukungan dari sisi keteraturan dalam presensi akan memberikan efek psikologis terhadap siswa karena terjadi keadilan dalam perlakuan.
a. Daftar presensi, kerapihan, kebersihan dan keteraturan daftar presensi akan memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Keterdukungan dari sisi keteraturan dalam presensi akan memberikan efek psikologis terhadap siswa karena terjadi keadilan dalam perlakuan.
b. Ruang bimbingan siswa, ruang bimbingan siswa diarahkan untuk memberikan bantuan pada siswa yang secara emosional memiliki masalah. Hal terpenting dari ruang bimbingan adalah bagaimana ruang tersebut tidak menimbulkan ketakutan ketika harus berhubungan dengan guru disana.
c. Tempat baca, tempat baca merupakan bagian dari fasilitas yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan kawankawannya, dengan fasilitas dan guru.
d. Tempat sampah, tempat sampah yang bersih ditempatkan di tempat yang tepat dan tidak menggangu kegiatan belajar maupun bermain siswa, akan memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Bau sampah, berserakan dimana-mana, siswa tidak mengetahui tempat penyimpanan sampah atau karena tidak ada tempat sampah akan berakibat buruk pada kondisi sosio-emosional dan fisik siswa.
e. Catatan pribadi siswa, catatan pribadi adalah alat berinteraksi guru dengan siswanya. Perlakuan-perlakuan khusus yang dibutuhkan untuk masing-masing siswa dapat dilihat dari catatan-catatan tentang siswa.
C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran menurut Komsiyah ( 2012 : 3 ) antara lain :
1. Faktor raw input ( faktor murid itu sendiri )
a. Kondisi fisiologis ( keadaan fungsi - fungsi jasmani tertentu terutama fungsi panca indera ).
Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping kondisi tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi panca indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka dalam pendidikan formal, orang melakukan banyak penilitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat dan sekaligus dapat di dengar. Guru yang baik tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan panca indera, khusunya penglihatan dan pendengaran.
b. Kondisi psikologis (kondisi kejiwaan)
Ada beberapa faktor psikologis yang di anggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar :
1) Minat
Minat sangat mempenaruhi dalam proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.
Begitupula sebaliknya, jika seseorang minat dalam mempelajari sesuatu, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena itu, tugas guru adalah untuk menarik minat siswa dengan menggunakan berbagi cara dan usaha mereka.
2) Kecerdasan
Kecerdasan sangat berperanpenting dalam menentukan berhasil-tidaknya seseorang mempelajari sesuatu. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas.Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur melalui alat tertentu.
Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang biasanya dikenal dengan sebutan Inteligence Quetient (IQ).
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secaradefinisi, anak berbakat adalah anak yang mampu mecapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang tinggi.
Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan program pendidikan yang tidak seperti program sekolah biasa. Seorang guru brkewajibanmemberikan bimbingan kepada peserta didik secara rutin dan kesinambungan terkait dengan bakat yang dimiliki peserta didik.
4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang terbentuk didalam individu,akan tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Artinya, motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu.Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseoranguntuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik.
5) Kemampuan kognitif
Tujuan pendidikan juga berati tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Namun sampai sekarang pengukuran kognitif masih tetap diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam menentukan derajad keberhasilan anak disekolah. Oleh karena itu, kemampuan kognitif tetap merupakan faktor penting dalam belajar siswa.
Kemampuan kognitif yang paling uatama adalah kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berfikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan di atas, maka hal penting yang harus dilakukan bagi para pendidik, guru, orang tua, adalah mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal mungkin
2. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan ataupun lingkungan sosial.
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik atau alam termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembapan, kepengapan udara, dsb. Belajar pada keadaan udarayang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang konsentrasi dalam memecahkan soal yang rumit akan merasa terganggu jika ada seseorang yang bercakap-cakap terlalu keras disampingnya, ada orang yang keluar masuk, dsb.
3. Faktor instrumental input
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah direncanakan.
Faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum , perpustakaan, dsb. Dan juga faktor-faktor lunak (software) sepertikurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedioman belajar, dsb.
Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari kurikulum, bahan pembelajaran, sarana dan prasarana dan tenaga pengajar.
D. Pendekatan Dalam Manajemen
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkahlaku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan.
Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang apat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut :
1. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi :
a. Kontrol Otoriter
Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, jika perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini, disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam, dan mendengarkan perkataan guru.
b. Kebebasan Liberal
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang didapat oleh siswa disalahgunakan.
c. Kebebasan Terbimbing
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Disini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan kebebasan. Disiplinkelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.
2. Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
a. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku ( Behavior – Modification )
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa :
1) Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
2) Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif ( positive reinforcement ) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif ( negative reinforcement ) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman.
b. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional ( Socio - Emotional Climate )
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan :
1) Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
2) Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian.
c. Pendekatan Proses Kelompok ( Group Process )
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah :
1) Pengalaman belajar sekolahberlangsung dalam konteks kelompok sosial.
2) Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
d. Pendekatan Elektif ( Electic Approach )
Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami berbagai pendekatan.
Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas. pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas merupakan usaha mengatur segala hal dalam proses pembelajaran yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan enam cara sebagai berikut:
1. Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2. Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
3. Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
4. Penetapan strategi pembelajaran dan
5. Pemanfaatan media dan sumber belajar
6. Penilaian hasil belajar
B. Saran
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, besar harapan penulis para pembaca mendapat tambahan pengetahuan mengenai perjanjian internasional. Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan, semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada penulis khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis butuhkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : TERAS.
Wiyani, N. A. 2013. Manajemen Kelas. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Yustiana, Yusi Riksa. Proses Interaksi Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Tinjauan Psikologi Pendidikan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar