Pendekatan dalam Manajemen Kelas
A. Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan menurut Ahmad Rohani (dalam Afriza, 2014: 29-30) merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran.
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus manajemen kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya, artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus manajemen kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternative pendekatang yang kedua, dan seterusnya (Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991:142)
Ada sejumlah konsep tentang manajemen kelas, sebagian diantaranya tidak lagi dianggap memadai, misalnya pandangan otoriter yang melihat manajemen kelas sematamata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib, atau pandangan permisif yang memusatkan perhatian pada usaha untuk memaksimalkan kebebasan murid. Di dalam uaian ini akan dikemukakan tiga pandangan yang nampaknya memberi harapan, baik dari penalarannya maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penelitian-penelitian.
B. Macam-Macam Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Interaksi di dalam kelas yang terjadi antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik, tergantung pada pendekatan dalam mengelola kelas yang digunakan oleh guru. Syaiful Bahri Djamarah (dalam 2018: 9-10) mengemukakan bahwa adanya interaksi yang optimal tergantung pada pendekatan dalam pengelolaan kelas yang digunakan oleh guru, antara lain:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pendekatan kekuasaan menurut Nugraha (2018: 31) dalam manajemen kelas dapat dipahamisebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik di dalam kelas.Setiap kelas memiliki peraturan, kode etik serta tata tertib yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Dengan penggunaan pendekatan ini guru harus menyampaikan tata tertib serta aturan sehingga kondisi kelas tetap tertib dan kondusif.
2. Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman menurut Nugraha (2018: 31) dalam manajemen kelas merupakan salah satu pendekatan untuk mengontrol perilaku peserta didik dalam kelas. Pendekatan ancaman di dalam kelas dapat diimplementasikan melalui papan larangan, larangan saat belajar dan paksaan kepada peserta didik yang membantah, yang sengaja ditujukan agar peserta didik mengikuti apa yang diintruksikan oleh guru.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera pada peserta didik. Hukuman tersebut adalah hukuman yang bersifat mendidik. Hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang telah didesain oleh guru dan telah ditetapkan sebagai standar pelanggaran yang tertuang dalam kode etik siswa.
3. Pendekatan Kebebasan
Pendekatan ini digunakan dengan tujuan agar mampu memberikan serta meningkatkan perasaan bebas pada peserta didik, sehingga peserta didik akan lebih leluasa, terbuka dalam mengikuti pembelajaran serta berani dalam mengungkapkan pendapat tanpa ada intimidasi dan tanpa ada rasa takut. Pendekatan ini membuat peserta didik dapat lebih bebas berkreatif dan berinovatif dalam kegiatan pembelajaran.
4. Pendekatan Resep
Kelas memiliki daftar yang berisi hal apa saja yang dapat dilakukan guru dan hal yang tidak boleh dilakukan oleh guru. Guru hanya mengerjakan atau melakukan kegiatan yang terdapat dalam daftar, namun daftar tersebut disusun berdasarkan perencanaan yang matang dan profesional yang selalu berpihak kepada peserta didik. Pendekatan ini lebih terjadwal dalam bentuk perencanaan yang matang untuk menerapkan resep tersebut.
Pendekatan resep menurut Astuti (2019:903)sangat cocok dilakukan oleh guru sendiri. Dalam hal ini, kita perlu mencatat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengajar di kelas. Ketentuan itu dibuat tidak semata-mata untuk kepentingan guru, melainkan juga untuk kepentingan pengaturan kelas. Oleh sebab itu, cobalah ingat kembali apa yang tidak disukai siswa pada saat kita mengajar, sehingga ketidaksukaan itu dapat menyebabkan situasi kelas menjadi tidak efektif.
Tidak ada salahnya jika guru juga meminta para siswa untuk mengemukakan hal-hal yang kurang mereka sukai dari cara kita mengajar serta apa yang mereka inginkan. Di samping itu, akan sangat baik jika guru meminta siswa untuk mengemukakan hal-hal yang mereka sukai dari kita. Semua komentar siswa hendaknya kita perhatikan baik-baik, untuk kemudian diaplikasikan dalam tindakan nyata.
5. Pendekatan Pembelajaran
Pada setiap kelas terdapat suatu masalah yang timbul. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menjadikan proses pengajaran sebagai alat untuk mengurangi perilaku menyimpang pada peserta didik.
Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran sekaligus mengimplementasikannya dalam kelas, menurut Astuti (2019: 103-104) merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk dapat mengelola kelas yang baik. Karena itu, buatlah perencanaan pengajaran yang matang sebelum kita masuk kelas dan patuhilah tahapan-tahapan yang sudah kita buat sebelumnya.
Hindari kebiasaan mengajar dengan apa adanya, apalagi tanpa perencanaan yang matang. Pengajaran yang dilakukan secara sistematis tentu dapat membuat siswa terhindar dari kejenuhan, karena mereka dapat mengikuti pelajarannya secara bertahap. Sebaliknya, siswa akan cepat merasa lelah jika tidak mengetahui alur pengajaran yang disampaikan oleh gurunya, sehingga materi yang mereka pelajari cenderung membingunkan.
6. Pendekatan Perilaku
Interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik sering terjadi di dalam kelas. Selama proses interaksi berlangsung sering muncul perilaku yang ditunjukkan peserta didik, baik perilaku positif maupun negatif. Untuk mengatasi hal tersebut, diharapkan guru dapat memberikan dorongan, maupun
penguatan dengan cara memberikan dukungan, pujian maupun hadiah. Sedangkan pada peserta didik yang pencegahan dengan cara menegur atau melontarkan kalimat sindiran. Dengan begitu, diharapkan perilaku peserta didik yang positif dapat berkembang dan perilaku peserta didik yang negatif dapat berkurang.
7. Pendekatan Emosional dan Sosial
Kelas yang kondusif akan membuat peserta didik menjadi nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan adanya sikap saling memahami, saling menghargai, dan saling menghormati. Tentu hal ini dapat tercapai apabila hubungan kekeluargaan dapat terjalin dalan suasana yang baik.
8. Pendekatan Kooperative
Pendekatan kerja kelompok menurut Astuti (2019: 905) dengan model ini membutuhkan kemampuan guru dalam menciptakan momentum yang mendorong kelompok-kelompok di dalam kelas menjadi kelompok yang produktif. Di samping itu, pendekatan ini juga mengharuskan guru untuk mampu menjaga kondisi hubungan antar kelompok agar dapat selalu berjalan dengan baik. Karena apabila guru tidak cermat dalam membentuk kelompok-kelompok, maka tidak menutup kemungkinan justru akan timbul masalah-masalah baru, seperti persaingan tidak sehat, ketidakcocokan dan lain sebagainya. Itulah sebabnya mengapa pendekatan ini memerlukan pengawasan yang cermat dari para guru.
Guru memiliki tugas untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan membentuk kelompok-kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok didasarkan pada karakter setiap peserta didik sehingga dalam kelompok tersebut dapat tejalin kerja sama, suasana akrab dan antar kelompok sehingga terjadi persaingan secara sehat baik dalam kegiatan proses pembelajaran di dalam lingkungan kelas maupun di luar lingkungan kelas.
9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk menciptakan dan mengkondisikan kelas dan suasana belajar agar berjalan efektif dan efisien.
Rusydie (dalam Astuti, 2019: 905) Pendekatan elektis biasanya menekankan pada potensi, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis atau disebut juga pendekatan pluralistis, yaitu pengelolaan kelas dengan menggunakan berbagai pendekatan yang memiliki potensi menciptakan proses belajarmengajar agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Guru bebas memilih dan menggabungkan berbagai pendekatan sesuai kemampuannya untuk menumbuhkan prosesproses pengelolaan yang dinamis.
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga dapat mencapai motivasi dan prestasi belajar yang maksimal.
Pengelolaan kelas yang efektif diharapkan mampu menciptakan kondisi kelas yang efektif pula. Kondisi kelas yang efektif akan menimbulkan suasana kelas yang menyenangkan serta menghindari timbulnya rasa bosan pada peserta didik. Tentu peserta didik akan merasa bosan jika melalui beberapa menit waktu luang tanpa adanya kegiatan (kesenyapan) yang menyenangkan maupun menciptakan semangat peserta didik. Selain itu, campur tangan guru yang berlebihan misalnya guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, akan membuat peserta didik menjadi tidak kreatif, dinamis, dan inovatif.
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam manajemen kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif (dalam , 2017: 95-97), antara lain sebagai berikut :
1. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi:
a. Kontrol Otoriter
Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, jika perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini, disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam, dan mendengarkan perkataan guru.
b. Kebebasan Liberal
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang didapat oleh siswa disalahgunakan.
c. Kebebasan Terbimbing
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Disini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan kebebasan. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.
2. Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
a. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification)
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa :
1) Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
2) Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman.
Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu penguatan Primer yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum, menghangatkan tubuh, dan sebagainya. Yang kedua yaitu penguatan sekunder yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial ( pujian, sanjungan, perhatian, dsb ), penguatan simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan secara periodic (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali.
3. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan :
a. Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
b. Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian.
4. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process)
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah :
a. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b. Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
5. Pendekatan Elektif (Electic Approach)
Pendekatan elektif disebut juga dengan pendekatan pluralistik, yaitu manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Menurut Oci (2018:57) pendekatan manajemen kelas yaitu menggunakan pendekatan pengajaran. Pendekatan pengajaran ini adalah pendekatan yang mengharapkan para guru untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran yan matang, dan patuhilah tahapan-tahapan yang sudah di buat sebelumnya, karena kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran sekaligus mengimplementasikannya dalam kelas. Pendekatan yang efektif mengelola kelas yakni; guru yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar tersebut, kegiatan belajar mengajar dan memiliki peran yang sentral dalam proses belajar mengajar.
Manajemen Kelas adalah kegiatan pengelolaan perilaku murid-murid, sehingga murid-murid dapat belajar menurut Wilford A. Weber (dalam Suryana: 30-31) pendekatan manajemen kelas adalah :
1. Pendekatan Otoriter
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalaui penggunaan disiplin.
2. Pendekatan Intimidasi
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui pendekatan intimidasi.
3. Pendekatan Permisif
Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
4. Pendekatan Buku Masak
Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan.
5. Pendekatan Instruksional
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik.
6. Pendekatan Perubahan Perilaku
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
7. Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional)
8. Pendekatan Sistem Sosial
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial).
Sulistryorini (2009: 98) menyebutkan dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memahami dan dapat memilih pendekatan yang tepat dalam mengelola kelas, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan itu, ada beberapa pendekatan pengelolaan kelas, yaitu:
1) Pendekatan Perubahan Perilaku (Behavior Modification Approach)
Dalam pendekatan perilaku ini dapat dikemukakan bahwa mengabaikan perilaku siswa yang tidak diinginkan dan menunjukan persetujuan atas perilaku yang diinginkan adalah amat efektif dalam menumbuhkan perilaku yang baik bagi para siswa di kelas, sedangkan menunjukkan persetujuan atas perilaku siswa yang baik merupakan kunci pengelolaan kelas yang efektif.
2. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Socio Emotional Climate Apparoach)
Menurut Rogers Wiliam Glasser Rogers bahwa pengajar perlu bersifat tulus terhadap siswanya, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, serta memahami siswa dari sudut siswa itu sendiri, sedangkan Glasser lebih menekankan pada pentingnya pengajar membina rasa tanggung jawab dan harga diri siswa. Adapun Rudolf Dreikurs menekankan pentingnya proses suasana dalam kelas yang demokratis.
3. Pendekatan Proses Kelompok (Group Processes Approach)
Menurut R.A. Schmuck dan P.A Schmuck bahwa terdapat enam unsure yang berkaitan dengan pengelolaan kelas. Unsur-unsur yang dimaksud adalah harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi, dan keeratan hubungan. Johnson dan Bany mengemukakan dua jenis pengelolaan kelas yang penting adalah kemudahan dan pemeliharaan.
Dari pendekatan tersebut, perlu difahami dan dikuasai oleh guru dalam rangka mengadakan pengelolaan kelas secara baik. Pendekatan tersebut dalam realisasinya perlu digabungkan dalam pelaksanaannya dengan mempertimbangkan kondisi kelas, karakteristik siswa, materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Menurut Afriza (2014:41-50) pendekatan dalam manajemen kelas yaitu:
1. Penghapusan (extinction) dan penundaan (time out)
Penghapusan adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguat positif). Penghapusan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguat.
Penundaan (time out) merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguat dan menurunkan frekuensi tingkah laku siswa.
Misalnya, para siswa di kelas Ibu Fatimah (guru Bahasa Inggris) yakin baha guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para sisa mengerjakan tugas dengan baik. Permainan ini digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswi memang mengerjakan tugas dengan baik kecuali Totok. Ibu Fatimah mengatakan pada Totok tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan duduk sendiri dari kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Totok mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik.
2. Pendekatan Sistem
Pada dasarnya proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya. Masing-masing komponen tersebut saling terkait sebagau suatu sistem. Oleh sebab itu, penyusunan perencanaan pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem.
Sistem berarti gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dapat menjadi supra atau subsistem dari sistem lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan subsistem adalah sistem yang berada dalam sistem. Misalnya, sistem pembelajaran dapat menjadi supra dari sistem metode metode pembelajaran dan dapat menjadi su sistem dari sistem sekolah.
Suatu sistem merupakan keterkaitan antara (masukan), proses, dan (keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media. Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran. Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran. ( Suwardi, 2007: 31-32)
3. Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan menyatakan bahwa penguatan prilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya memperoleh ganjaran.perilaku yang diperbuat berupa prilaku yang disukai.prilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk diteruskan.umumnya penguatan diberikan kepada pembelajaran yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar prilaku tertentu yang dikuasai pembelajaran disebut penguatan positif,sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pembelajaran disebut penguatan negatif.
4. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses, aktifitas, dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Pendekatan ini khusus pada cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Pendekatan keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai seabagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.
Pembelajaran berdasarkan pedekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal berikut yaitu:
a. Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
b. Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.
c. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktifitas peserta didik . Suasana kelas harus dikelola dengan baik agar dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik.
d. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.
6. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Membawa peserta didik kelingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
b. Membawa sumber-sumber belajar dari lingkungan ke sekolah.
7. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning / CTL)
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat., makna, dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mepraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.
Contohnya: Guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanyajawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life).
8. Pendekatan Tematik.
Pendekatan tematik ialah cara pengemasan pelajaran dalam sebuah tema dari mata pelajaran. Sebuah tema bisa memuat beberapa bidang keahlian yang dipelajari. Hasil akhir bukanlah hal yang utama melainkan pemaparan, pembukaan cakrawala. Kemampuan yang diperoleh oleh anak bisa jadi beragam, tidak harus sama pada setiap anak didik tersebut. Keunikan masing-masing anak harus dihargai. Beberapa anak mungkin bisa membaca lebih dahulu dari anak lain, dan sebagainya.
Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu, misalnya: sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.
9. Pendekatan Instruksional
Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas.
10. Pendekatan Transaksional
Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih bersifat fleksibel, sebab pembelajaran dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam aplikasinya, guru merinci tujuan pembelajaran khusus dalam bentuk tugas-tugas yang dibicarakan bersama antara guru dan siswa. Dengan demikian, pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif. Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan intelektual.
Daftar Pustaka
Afriza. 2014. Manajemen Kelas.Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Astuti. 2019. Manajemen Kelas yang Efektif. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. ADAARA Volume 9, Nomor 2. Bone: IAIN Bone.
Erwinsyah, Alfian. 2017. Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam (TADBIR). Vol 5 No 2. Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo.
Nugraha, Muldiyana. 2018. Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran. Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan (Tarbawi). Vol 4 No. 1. p-ISSN 2442-8809 ∣ e-ISSN 2621-9549.
Oci, Markus. 2018. Manajemen Kelas. Jurnal Teruna Bhakti. Volume 1 Nomor 1. Semarang: Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara.
Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta:TERAS.
Suryana, Asep. 2006. Manajemen Kelas (Bahan Ajar Mandiri). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Syaifuddin. Maret. Manajemen Kelas Sebagai Solusi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar. Jurnal ISTIQRA’ Volume V Nomor 2. Pare-Para: Madrasah Aliyah Darud Dakwah Wal Irsyad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar