Jumat, 16 Oktober 2020

Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya Ilmu Kealaman Dasar

 

MAKALAH

Ilmu Kealaman Dasar

Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya

 

 

Oleh Kelompok 5

18 BKT 13

Fajriati Syahnur (18129177)

Indri Yulia (18129117)

Reska Sri Harida (18129135)

Suci Angela William (18129314)

 

Dosen Pengampu : Dra. Zuryanty, M.Pd

 

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020


 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampai kan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkatrahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “BIOSFER DAN MAKHLUK HIDUP“, yang mana makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makala ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebeesar-besarnya.

 

 

Bikittinggi, 5 Oktober 2020

 

Kelompok 5

DARTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. i

DARTAR ISI. ii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

A.         Latar Belakang. 1

B.         Rumusan Masalah. 1

C.         Tujuan. 1

BAB II PEMBAHASAN.. 2

A.         Biosfer dan Makhluk Hidup. 2

B.         Sel Sebagai Unit Kehidupan. 9

C.         Teori-Teori Tentang Asal Mula Kehidupan. 14

D.         Sejarah Teori Evolusi 22

BAB III PENUTUP. 25

A.         Kesimpulan. 25

B.         Saran. 25

SOAL.. 26

KUNCI JAWABAN.. 28

DAFTAR PUSTAKA.. 29

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam teori evolusi dikatakan bahwa makhluk yang mula-mula adalah sangat sederhana tingkatnya, yang bersel tunggal dan hidup dari bahan anorganis sehingga tergolong tumbuhan. Dari golongan tumbuhan itu, sebagian berubah menjadi hewan, yang selanjutnya berevolusi menjadi makhluk yang beraneka ragam seperti kehidupan masa kini. Kita mengetahui bahwa makhluk hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam !lmu Pengetahuan Alam. Banyak terdapat teori atau paham-paham yang dikemukakanoleh para ilmuan mengenai hal ini. kerana hal ini menarik kami para penulis untuk mendalami ilmu pengetahuan alam melalui makalah dengan judul "Biosfer dan Makhluk Hidup" sebagai bahan kajian untuk mengetahui lebih jauh mengenai biosfer, makhluk hidup, asal usul kehidupan, dan proses evaluasi mahkluk hidup

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan biosfer dan mahkluk hidup?

2.      Apa itu sel sebagai unit kehidupan?

3.      Bagaimana teori asal mula kehidupan?

4.      bagaimana proses evolusi mahkluk hidup?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian biosfer dan mahkluk hidup.

2.      Untuk mengetahui sel sebagai unit kehidupan.

3.      Untuk mengetahui teori asal mula kehidupan.

4.      Untuk mengetahui proses evolusi mahkluk hidup.

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Biosfer dan Makhluk Hidup

Biosfer merupakan sistem kehidupan paling besar karena terdiri atas gabungan ekosistem yang ada di planet bumi. Sistem itu mencakup seluruh mahluk hidup penghuni geosfer yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Selain manusia, mahluk hidup yang mendiami planet bumi adalah flora dan fauna. Baik flora maupun fauna ada yang hidup di wilayah daratan dan di perairan, baik kawasan air tawar ataupun di wilayah laut. Namun tentunya tidak semua wilayah permukaan bumi dapat menjadi tempat hidup organisme. Hal ini sangat terkait dengan persyaratan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi kelangsungan hidup organisme itu sendiri. Wilayah-wilayah di permukaan bumi yang cocok menjadi lingkungan hidup organisme ini dikenal dengan biosfer.

Secara etimologi, biosfer terdiri atas dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphere berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat tinggal mahluk hidup atau seluruh ruang hidup yang ditempati organisme. Pada dasarnya, biosfer terdiri atas 3 lingkungan utama atau biosiklus (biocycle), yaitu biosiklus darat, biosiklus air tawar (sungai, danau, atau kolam), dan biosiklus air asin (laut) atau samudera.

Setiap mahluk hidup memiliki tempat masing-masing di lapisan biosfer untuk tetap hidup sesuai caranya. Tempat hidup itu disebut habitat. Habitat menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. Berarti, setiap mahluk hidup (tumbuhan, binatang, dan manusia) memiliki cara masing-masing dalam memanfaatkan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya yang disebut adaptasi.

Di dalam studi mahluk hidup kita juga mengenal ekosistem dan bioma. Orang pertama kali yang memperkenalkan istilah ekosistem adalah A. Tansley (1935) seorang ahli biologi dari Inggris. Menurutnya eksosistem (sistem ekologi) ialah suatu sistem yang meliputi komponen tumbuh-tumbuhan, binatang, serta lingkungan fisik tempat hidupnya. Komponen-komponen tersebut senantiasa berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sebagai contoh fungsi utama tumbuhan adalah sebagai produsen yang menghasilkan bahan makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup konsumen (binatang dan manusia). Kemudian, beliau mengemukakan bahwa ekosistem meliputi komponen-komponen berikut ini.

1.      Komponen biotik, terdiri atas:

a.       tumbuhan sebagai produsen,

b.      binatang sebagai konsumen, meliputi; 1) herbivora, yaitu binatang pemakan tumbuhan, 2) carnivora, yaitu binatang pemakan daging, 3) omnivora yaitu binatang pemakan tumbuhan dan daging, serta 4) bakteri dan jamur sebagai penguarai,

2.      Komponen abiotik, meliputi iklim, bahan-bahan anorganik berupa mineral-mineral yang terdapat dalam batuan, tanah, air dan udara, seperti Karbon (C), Nitrogen (N), Karbondioksida (CO2), Air (H2O), Oksigen (O2), Besi (Fe), Magnesium (Mg) dan lain-lain.

Makhluk hidup adalah sistem atau organisme yang cenderung untuk merespon perubahan pada lingkungan mereka dan dalam diri mereka sendiri, sedemikian rupa untuk meningkatkan kelanjutan mereka sendiri dan berumur panjang. Makhluk hidup adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menghirup udara atau bernafas, bisa memindahkan atau menavigasi dan akibatnya memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Makhluk-makhluk hidup termasuk manusia, tanaman, serangga, hewan antara lain.

Dalam teori evolusi dikatakan bahwa makhluk yang mula-mula adalah sangat sederhana tingkatnya, yang bersel, yang bertunggal dan hidup dari bahan anorganis sehingga tergolong tumbuhan. Dari golongan tumbuhan itu, sebagian berubah menjadi hewan, yang selanjutnya berevolusi menjadi makhluk yang beraneka ragam seperti kehidupan masa kini.

Ciri-ciri yang membedakan makhluk hidup dari makhluk tak hidup menurut Sumardi (2016:1.20) berikut:

1.      Makhluk Hidup Melakukan Pernapasan

Ciri pertama yang ditunjukkan makhluk hidup dan tidak dilakukan oleh makhluk tak hidup adalah bernapas. Semua makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan melakukan proses ini yang berlangsung siang dan malam selama makhluk tersebut hidup. Dalam pernapasan ini, umumnya makhluk hidup mengambil oksigen (O2) dari lingkungannya dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) serta uap air ke lingkungannya.

Oksigen dalam tubuh makhluk hidup digunakan untuk proses pembakaran (oksidasi) sari-sari makanan. Dari proses ini, akan dihasilkan energi yang akan digunakan untuk aktivitas hidup, misalnya tumbuh dan bergerak. Proses pembakaran ini dikenal juga sebagai pernapasan sel karena proses tersebut berlangsung di dalam sel.

Tidak semua makhluk hidup melakukan pernapasan sel dengan menggunakan oksigen (pernapasan aerob). Ada juga makhluk hidup yang melakukan pernapasan tanpa memerlukan oksigen. Proses ini dikenal dengan pernapasan anaerob seperti yang terjadi pada ragi.

Pada umumnya, oksigen yang diperlukan untuk pernapasan sel tersebut masuk ke tubuh hewan melalui organ pernapasan khusus yang sesuai dengan jenis hewannya. Sementara itu, pernapasan tumbuhan melalui stomata pada daun, lentisel pada batang, dan rambut akar pada akar. Organ pernapasan hewan umumnya melakukan gerak aktif untuk memasukkan dan mengeluarkan gas. Sementara itu, pada tumbuhan, karena tidak memiliki organ pernapasan secara khusus, pertukaran gas antara organisme dan lingkungannya terjadi karena proses difusi. Semua bagian tumbuh tumbuhan, seperti batang, daun, dan akar, dapat melakukan proses difusi.

2.      Makhluk Hidup Memerlukan Makanan dan Air

Pernahkah Anda melihat batu makan cecak atau batu minum air? Tentu saja jawabnya tidak. Akan tetapi, melihat cecak terjepit batu atau batu menyerap air mungkin saja. Hal ini tidak berarti batu memerlukan makanan atau membutuhkan air. Walaupun tidak ada cecak yang terjepit atau air yang mengalir, batu tetap seperti itu dan tidak lantas menjadi kurus atau kecil. Hal ini menunjukkan bahwa makhluk tak hidup tidak membutuhkan makanan dan air. Sekarang, bagaimana halnya dengan ayam? Jika ayam tidak mendapatkan makanan dan air, ayam tersebut lama-kelamaan menjadi kurus dan akhirnya mati. Ini merupakan suatu bukti bahwa makhluk hidup memerlukan makanan dan air.

Tumbuhan sama halnya dengan hewan memerlukan makanan dan air. Hanya bentuk dan prosesnya berbeda. Hewan memakan makanan dalam bentuk sudah menjadi bahan makanan, kemudian diolah dalam tubuhnya menjadi zat-zat makanan (protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral). Sementara itu, tumbuhan mengambil bahan makanan dari lingkungan berupa unsur-unsur dan mineral yang belum berupa makanan. Kemudian, mengolah makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Makanan diambil hewan dari lingkungannya dalam bentuk padat atau cair, sedangkan tumbuhan dalam bentuk cair dan gas.

Makanan diperlukan oleh makhluk hidup untuk sumber tenaga, untuk tumbuh kembang, dan untuk mengganti sel-sel yang telah rusak. Sementara itu, air diperlukan untuk keseimbangan tubuh, pelarut beberapa zat, vitamin, dan mineral. Makanan diubah menjadi zat-zat yang diperlukan tubuh setelah melalui proses biologi dan kimiawi. Sebagian dari zat makanan tersebut kemudian diubah menjadi energi melalui proses pembakaran. Untuk proses ini, diperlukan oksigen yang didapat dari proses pernapasan.

3.      Makhluk Hidup Dapat Tumbuh Kembang

Tumbuh merupakan suatu proses bertambah besarnya ukuran makhluk dan penambahan ukuran ini tidak kembali kepada ukuran semula. Sementara itu, kembang merupakan kata dasar dari berkembang, yaitu suatu proses pencapaian kedewasaan, mulai dari bentuk atau keadaan yang sederhana, seperti biji ke bentuk atau keadaan yang makin kompleks, misalnya pohon, lalu telur nyamuk yang tumbuh dan berkembang menjadi larva, kemudian menjadi pupa, dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Penambahan ukuran dan pencapaian kedewasaan ini terjadi karena adanya proses pembentukan jaringan baru yang diawali oleh penambahan jumlah, ukuran, dan fungsi dari sel. Tentu saja pertambahan jumlah dan ukuran ini hanya dapat terjadi jika ada penambahan materi berupa zat-zat yang diperoleh dari makanan

4.      Makhluk Hidup Berkembang Biak

Kemampuan untuk berkembang biak merupakan suatu gejala dasar yang membedakan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Manusia, kucing, ular, dan serangga mempunyai anak dan anak-anaknya ini berkembang menjadi dewasa. Pohon menghasilkan biji dan akhirnya biji ini menjadi pohon kembali. Makhluk tak hidup tidak menunjukkan gejala ini. Perkembangbiakan adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru sebagai keturunannya guna mempertahankan kelangsungan hidup atau melestarikan jenisnya.

Dahulu pernah ada kepercayaan yang menyatakan makhluk tak hidup tertentu dapat menghasilkan makhluk hidup. Parutan kelapa dapat menjadi cacing kremi, kutu tanaman berasal dari embun yang menempel pada tanaman, belatung terbentuk dari daging yang membusuk, bulu kuda berubah menjadi cacing, dan lumpur Sungai Nil mengeluarkan ikan. Akan tetapi, sekarang kita telah mengetahui kutu tanaman, belatung, cacing, dan ikan semuanya dihasilkan oleh telur yang dikeluarkan oleh makhluk betina dewasa. Dengan perkataan lain, kehidupan dihasilkan oleh kehidupan, hanya makhluk hidup yang dapat memperbanyak dirinya sendiri.

5.      Makhluk Hidup Menerima dan Memberikan Tanggapan terhadap Rangsang (Iritabilitas)

Hal terakhir yang membedakan makhluk hidup dari makhluk tak hidup adalah kemampuan menerima dan memberikan tanggapan terhadap rangsang (iritabilitas). Dengan kata lain, makhluk hidup memberikan tanggapan (respons) terhadap perubahan dalam lingkungannya. Rangsangan dapat berupa cahaya, panas, dingin, bau dari gas, sentuhan, gravitasi, rasa, dan lain-lain.

Tanggapan makhluk hidup terhadap rangsang umumnya diperlihatkan dalam bentuk gerak. Gerak tumbuh, gerak sebagian tubuh, ataupun gerak berpindah tempat. Sebagian dari makhluk tak hidup, ada juga yang secara sepintas, kita menganggapnya dapat bergerak, misalnya motor, mobil, sepeda, atau air sungai. Sebenarnya, benda-benda tersebut tidak dapat bergerak jika tidak ada gaya yang menggerakkannya. Sepeda kalau tidak dikayuh tidak akan maju, sungai tidak akan mengalir kalau tidak ada gaya berat, atau mobil tidak akan maju jika mesinnya tidak dihidupkan, demikian halnya dengan motor.

Bukti adanya gerak pada hewan sebagai tanggapan terhadap rangsang, bukanlah merupakan suatu masalah, kita dengan mudah dapat melakukannya. Akan tetapi, untuk tumbuhan, kita perlu melakukan secara saksama karena hanya beberapa jenis tumbuhan yang dapat mudah teramati, misalnya gerak menutup daun putri malu apabila menerima rangsang berupa sentuhan atau gerak tidur dari daun-daun berbunga kupu-kupu apabila menjelang senja.

Ciri-ciri makluh hidup menutut Nisyawati (2019:1.3) yaitu:

1.      Tubuh organisme terdiri dari sel-sel

Seperti kita ketahui, semua organisme yang kita kenal mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Masing-masing organisme tubuhnya terdiri dari sebuah atau sejumlah sel. Jadi, sel adalah sebuah unit terkecil dari organisme. Sel-sel inilah yang menjalankan semua aktivitas hidup organisme tersebut. Pada organisme bersel tunggal (uniseluler), semua aktivitas hidupnya dilakukan hanya oleh sel tunggal tersebut, sedangkan pada organisme bersel banyak/kompleks (multiseluler), proses hidupnya dikerjakan oleh sel-sel tubuhnya secara terkoordinasi.

2.      Organisme tubuh dan berkembang

Walaupun benda tak hidup dapat tumbuh dan berkembang, pertumbuhan dan perkembangannya hanya karena pertambahan atau akumulasi materialnya saja seperti bola salju yang mengelinding atau pertambahan debit air di sungai karena hujan. Pertumbuhan dari makhluk hidup dimulai dengan pemasukan materi kasar dari lingkungannya dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang spesifik bagi kehidupannya. Penambahan bahan-bahan ini akan menyebabkan bertambahnya jumlah sel dan ukuran tubuhnya. Sejalan dengan pertumbuhannya, organisme juga mengalami perkembangan. Perkembangan organisme ini berlangsung selama hidupnya. Hampir semua organisme memulai kehidupannya dengan telur yang dibuahi, yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi bentuk/struktur tubuh tertentu.

3.      Organisme melakukan metabolisme

Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan diri, makhluk hidup harus dapat mengubah nutrien yang berasal dari makanan (materi kasar) menjadi selsel hidup. Pengubahan ini melalui penggunaan energi dan reaksi-reaksi kimiawi berupa respirasi seluler dan sintesis. Semua aktivitas-aktivitas kimiawi dan transformasi energi ini akan mempertahankan pekerjaan rutin sel yang disebut metabolisme. Proses metabolisme inilah yang menjadikan organisme dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas hidupnya seperti tumbuh dan berkembang biak. Ketika proses-proses metabolisme tersebut berhenti, maka organisme akan mati.

Aktivitas metabolisme di dalam tubuh organisme dikendalikan sedemikian rupa sehingga organisme dapat mempertahankan keseimbangan lingkungan internal tubuhnya. Pengendalian secara otomatis ini disebut homeostasis. Pengendalian suhu tubuh pada manusia adalah salah satu contoh yang baik dari mekanisme homeostasis ini. Jika suhu tubuh di atas normal, maka pusat pengendali suhu di otak yang bertindak sebagai „thermostat‟ mengirim impuls ke kelenjar keringat yang menyebabkan produksi keringat meningkat. Proses penguapan keringat membutuhkan panas, untuk hal ini maka panas tubuh diambil ketika keringat menguap, yang berakibat suhu tubuh menurun.

Sebaliknya, jika suhu tubuh di bawah normal, maka pembuluh darah di kulit menyempit (konstriksi) sebagai akibat datangnya impuls dari „thermostat‟ otak sehingga kehilangan panas tubuh tereduksi. Panas tubuh dapat pula diperoleh dari proses kontraksi otot yang menyebabkan tubuh gemetar (menggigil). Beberapa jenis hewan bereaksi terhadap kehilangan panas tubuhnya, misalnya dengan berjemur untuk menaikkan suhu tubuhnya.

4.      Organisme bereaksi terhadap rangsangan

Makhluk hidup bereaksi terhadap rangsangan (perubahan), baik yang berasal dari lingkungan luar maupun dari dalam tubuhnya sendiri. Reaksi-reaksi tersebut sangat membantu organisme dalam menghindarkan diri dari pemangsanya, menangkap mangsanya, pergi dari lingkungan yang rusak, datang ke tempat sumber makanan, menemukan pasangannya, mengubah pola tumbuh disesuaikan dengan musim, dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Jadi, hampir semua organisme bereaksi terhadap perubahan suhu, tekanan, intensitas cahaya, kondisi kimiawi lingkungannya, dan sebagainya. Beberapa rangsangan tersebut harus ditanggapi secara cepat oleh hewan agar dapat berhasil, seperti menangkap mangsa dan menghindari pemangsa. Tumbuhan umumnya bereaksi tidak nyata dan lebih lambat dibandingkan dengan hewan, tetapi reaksi mereka terhadap rangsangan sangat penting bagi kelangsungan hidupnya.

5.      Organisme beradaptasi terhadap perubahan lingkungan

Organisme dari spesies tertentu bereaksi sebagai respon terhadap perubahan tertentu di lingkungannya. Jika lingkungannya tidak berubah, maka populasi spesies tersebut tidak akan berubah. Bagaimanapun, lingkungan selalu berubah secara terus menerus, dan populasi yang dapat bertahan hidup adalah mereka yang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Sebagai contoh, hewan yang dapat bertahan hidup pada iklim dingin adalah hewan yang dapat beradaptasi dengan bulu tubuhnya yang tebal dan mempunyai kemampuan hibernasi. Contoh lain adalah tumbuhan kaktus. Tumbuhan ini telah beradaptasi terhadap lingkungan yang bersuhu tinggi, seperti padang pasir. Agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang panas ini, maka daun kaktus bermodifikasi menjadi duri untuk meminimalkan penguapan, sedangkan batangnya beradaptasi dengan mengambil alih tugas daun sebagai tempat untuk melaksanakan proses fotosintesis dan sebagai tempat penyimpanan air.

6.      Organisme melakukan reproduksi

Walaupun masa hidup organisme bervariasi dari hitungan menit ke abad, masa hidup ini selalu terbatas. Organisme yang tua akan mati dan organisme yang baru akan muncul. Begitulah siklus yang selalu terjadi pada setiap individu atau setiap jenis organisme. Munculnya kehidupan baru dipicu oleh proses reproduksi (perkembangbiakan). Reproduksi organisme dapat terjadi secara aseksual seperti pembelahan dan pertunasan, atau reproduksi ini dapat pula terjadi secara seksual, seperti persatuan gamet-gamet/pembuahan gamet betina oleh gamet jantan. Kedua cara reproduksi ini nantinya akan menghasilkan individu-individu baru. Keturunan yang baru ini mirip induknya karena mereka mewarisi satu set penunjuk genetis dari sang induk, yang disebut DNA (asam deoksiribonukleat). DNA menandai informasi genetis yang bertanggung jawab terhadap struktur dan fungsi organisme tersebut. Itulah sebabnya mengapa manusia menghasilkan keturunan yang berupa manusia juga, kucing menghasilkan kucing juga, dan tidak kucing menghasilkan ayam, misalnya.

 

B.     Sel Sebagai Unit Kehidupan

Subagiartha (2018:2) mengatakan sel berasal dari kata latin cella, yang berarti ruangan kecil, yang ditemukan oleh Robert Hooke, yang melakukan pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruanganruangan kecil yang meyusun gabus tersebut).

Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Sel di kelilingi oleh selaput/membrane sel yang di dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau matriks, dan bentuk-bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran. Protoplasma terdiri dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti sel terdapat plasma inti atau nukleoplasma.

Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian membentuk organisme.

Sel berkembang biak dengan cara membelah diri (secara mitosis). Selain itu sel juga mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat mahluk hidup, maka sifat mahluk hidup dapat diwariskan kepada keturunannya. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel

Rahmadina (2020:1) menyatakan semua makhluk hidup atau organisme tersusun atas sel atau beberapa sel. Sel (sitologi) berasal dari bahasa Yunani yaitu “ kytos” (wadah). Sitologi adalah salah satu cabang Ilmu Biologi. Sitologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang seluk beluk sel.

Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil pada suatu makhluk hidup. Sel memiliki semua perangkat dan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan proses hidup seperti bergerak, memperbanyak diri atau bereproduksi, beradaptasi atau merespon terhadap perubahan lingkungan. Proses hidup tersebutlah yang menunjang berlangsungnya kehidupan pada makhluk hidup yang disusun oleh sel tersebut. Dengan demikian, semua aspek dari sistem kehidupan bisa dipelajari dengan mengkaji proses hidup yang terjadi pada tingkat sel.

Konsep sel dihasilkan atau tercipta dari pengamatan melalui mikrokop yang terlihat sebagai bangunan kotak-kotak kecil yang dinamakan sel. Sejarah penemun sel tersebut mengisyaratkan bahwa manusia memulai mempelajari sel dari strukturnya (menggunakan indra mata) bukan dari fungsinya. Hal tersebut mewarnai perkembangan pengetahuan manusia tentang sel. Struktur yang diperoleh melalui mikroskop tadi akhirnya diterjemahkan kearah fungsi karena pada kenyataanya organisme hidup itu mempunyai struktur, fungsi dan juga proses.

Dalam jenjang struktural kehidupan, sel memiliki tempat yang istimewa sebagai tingkat organisasi terendah yang melakukan semua aktifitas yang di butuhkan agar tetap hidup. Terlebih lagi, semua aktifitas organisme di dasarkan pada aktifitas sel. Misalnya, pembelahan sel untuk membentuk sel-sel baru adalah dasar bagi semua reproduksi dan bagi pertumbuhan serta perbaikan organisme multiseluler.

Sumardi (2016:1.37) menyatakan sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil pada makhluk hidup. Sel sebagai unit struktural terkecil bermakna bahwa sel merupakan penyusun yang mendasar bagi tubuh makhluk hidup. Setiap sel tersusun dari berbagai bagian, yaitu membran plasma, inti sel, sitoplasma, dan organel sel. Pada makhluk hidup, multiseluler sel-sel yang serupa berkumpul bersama dan menjalankan satu fungsi yang sama membentuk jaringan. Jaringanjaringan yang berbeda menyusun suatu organ yang memiliki fungsi tertentu. Organ-organ yang berbeda bekerja bersama-sama membentuk suatu sistem organ. Setiap sistem organ secara bersama-sama membentuk suatu organisme.

1.      Bentuk Sel

Bentuk sel sangat bervariasi, ada yang seperti kotak, bulat, bahkan ada yang bentuknya tidak beraturan. Seperti bentuk sel saraf memanjang dengan ukuran ada yang mencapai panjang tubuh dan dengan diameter hanya beberapa mikrometer. Sel saraf berfungsi mengantarkan impuls. Sel darah merah berbentuk bulat pipih dan berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

2.      Struktur Sel

Sel yang memiliki membran pelindung material inti disebut sebagai sel eukariot, misalnya sel hewan dan sel tumbuhan. Sel yang tidak memiliki membran inti dinamakan sel prokariot, misalnya bakteri dan alga biru.

a.       Dinding sel

Dinding sel merupakan struktur yang kuat tersusun dari bahan selulosa yang terdapat di sebelah luar membran sel. Dinding sel berfungsi memberi kekuatan dan perlindungan sel dan hanya terdapat pada sel tumbuhan.

b.      Selaput sel

Selaput sel merupakan bagian terluar dari sel tumbuhan dan sel hewan. Membran plasma terletak di sebelah luar sitoplasma. Membran plasma bersifat semipermeabel yang tersusun dari senyawa lemak dan protein. Fungsi selaput sel mengatur transportasi zat antarsel. Pada sel tumbuhan, membran plasma dilindungi oleh dinding sel yang tersusun dari selulosa.

c.       Sitoplasma

Sitoplasma adalah bagian sel berupa cairan kental yang terletak di antara selaput sel (membran plasma) dan inti sel (nukleus). Di dalamnya, terlarut bermacam-macam zat organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Di dalam sitoplasma, terdapat bagian-bagian yang disebut organel, seperti mitokondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, badan golgi, sentrosom, dan vakuola.

No

Organel

Bentuk

Fungsi

1

Retikulum endoplasma

Lipatan membran yang terbentang dari inti ke membran sel

Pembuatan (sintesis) protein

2

Ribosom

Butiran yang melekat pada retikulum endoplasma dan sitoplasma

Sebagai tempat proses pembuatan protein

3

Badan golgi

Seperti kantong yang dibungkus membran

Sekresi partikel atau zatzat sisa

4

Mitokondria

Batang atau bulat lonjong

Respirasi sel

5

Lisosom

Bulat lonjong

Sebagai organel pencernaan intrasel

6

Vakuola

Berbentuk bintik terang, seperti gelembung udara

Penyimpanan sampah sel dan bahan-bahan yang tidak langsung dipakai

7

Plastidaa

Bulat lonjong

Pembentuk dan penyimpanan substansi untuk proses metabolisme

 

Tidak semua organel di dalam sel tumbuh terdapat dalam sel hewan, demikian pula sebaliknya. Contohnya adalah plastida dan sentrosom. Plastida merupakan organel yang hanya dimiliki oleh sel tumbuhan, sedangkan sentrosom merupakan organel yang hanya dimiliki oleh hewan.

d.      Inti sel

Inti sel merupakan bagian sel yang berukuran relatif besar dan berbentuk bulat atau bulat telur. Bentuk inti sel pada sel darah putih tidak teratur. Inti sel merupakan pusat pengendali kegiatan sel dan juga penentu penurunan sifat pada keturunannya. Inti sel terdiri atas anak inti (nukleolus), cairan inti (nukleoplasma), dan selaput inti. Pada kromosom, terdapat asam nukleat jenis DNA (deoxyribonucleic acid) yang mengandung gen sebagai pembawa sifat menurun sehingga menentukan sifat suatu makhluk hidup. Anak inti kaya dengan asam nukleat jenis RNA (ribonucleic acid). Pada cairan inti terlarut bermacam-macam zat dan kromosom. Struktur selaput inti sama dengan selaput sel. Sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan, baik bentuk maupun susunannya

No

Sel Hewan

Sel Tumbuhan

1

Tidak mempunyai dinding sel, hanya selaput sel (membran plasma)

Memiliki dinding sel dari selulosa

2

Tidak mempunyai kloroplas

Memiliki kloroplas

3

Ukuran vakuola kecil

Ukuran vakuola besar

4

Batas sel tipis (membran plasma)

Batas sel tebal (dinding sel)

5

Bentuk tidak tetap

Bentuk tetap

 


C.    Teori-Teori Tentang Asal Mula Kehidupan

Beberapa teori-teori tengtang asal mula kehidupan yang dikemukakan oleh Sumardi (2016:1.3) sebagai berikut:

1.      Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)

Teori ini tergolong paling awal berkembang dan berpendapat bahwa makhluk hidup timbul begitu saja dari benda tak hidup. Teori ini dipelopori oleh seorang filsuf Yunani yang bernama Aristoteles (384—322 SM). Hal ini sesuai dengan pemikiran saat itu yang belum ditunjang dengan teknologi modern dan cenderung melihat fakta tanpa melalui pembuktian secara ilmiah. Sama seperti Aristoteles, nenek moyang kita pun sering berpendapat tentang asal usul hewan/tumbuhan yang timbul begitu saja dari benda tak hidup.

Para petani kita zaman dulu percaya bahwa jamur merang timbul begitu saja dari merang padi. Karena, keterbatasan pengetahuan mereka tentang pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Jamur merang timbul karena adanya spora jamur yang tumbuh pada media merang padi yang sedang membusuk. Tidak hanya nenek moyang kita, ternyata nenek moyang bangsa Babilonia juga percaya bahwa cacing dan makhluk hidup lainnya timbul begitu saja dari lumpur.

Teori ini memang kurang memiliki dasar yang kuat secara ilmiah, tetapi dapat bertahan sangat lama. Bahkan, Anthonie Van leeuwenhoek (abad ke17), sang penemu mikroskop pun mendukung teori abiogenesis. Leuwenhoek mengamati air rendaman jerami dengan mikroskop buatannya, ternyata ditemukan protozoa. Ia pun berpendapat bahwa hewan tersebut timbul begitu saja dari air rendaman jerami.

2.      Teori Biogenesis

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, akhirnya orang berpikir secara lebih ilmiah. Para ilmuwan tidak percaya begitu saja terhadap teori tanpa pembuktian yang sifatnya ilmiah. Maka itu, beberapa ilmuwan berusaha membuktikan kebenaran teori abiogenesis yang sudah sangat lama bertahan.

a.       Francesco Redi (1626—1697)

Untuk menumbangkan teori abiogenesis, Redi melakukan percobaan secara ilmiah. Dia berhasil membuktikan bahwa makhluk hidup tidak timbul begitu saja dari benda tak hidup.

Redi menyimpulkan bahwa belatung tersebut berasal dari telur lalat. Terbukti bahwa stoples 2 dan 3 pada daging tidak mengandung belatung karena telur lalat tidak sampai ke permukaan daging.

Percobaan Redi (teori biogenesis) tersebut ternyata belum mampu menumbangkan teori abiogenesis karena beberapa ilmuwan masih mempertahankan teori tersebut. John Needham (1700) menentang teori yang dikemukakan Redi (biogenesis). Ia berupaya membuktikan bahwa teori abiogenesis sudah benar. Needham melakukan percobaan dengan cara merebus air kaldu untuk membunuh mikroorganisme dan memasukkannya dalam wadah dan ditutup rapat. Ternyata, setelah beberapa lama, timbul mikroorganisme dalam kaldu tersebut.

b.      Lazzaro Spallanzani (1729—1796)

Spallanzani tidak setuju dengan hasil percobaan Needham karena ia mengetahui kelemahan percobaan yang dilakukan Needham tersebut. Ia berpendapat bahwa rebusan kaldu yang dilakukan Needham kurang lama sehingga belum semua mikroorganisme mati. Ia pun mencoba membuktikan kelemahan yang dilakukan Needham dengan cara berikut.

1)      Labu pertama diisi kaldu dan dibiarkan terbuka.

2)      Labu kedua diisi kaldu yang dipanaskan hingga mendidih cukup lama dan dibiarkan terbuka.

3)      Labu ketiga diisi kaldu dan dididihkan cukup lama dan ditutup rapat.

Setelah dibiarkan beberapa hari, ternyata timbul mikroorganisme pada labu pertama dan kedua, sedangkan pada labu ketiga tidak timbul mikroorganisme. Ia menjelaskan bahwa dalam kaldu sudah terdapat mikroorganisme yang berasal dari udara. Ketika kaldu dipanaskan, mikroorganisme tersebut akan mati. Akan tetapi, ketika kaldu yang telah dipanaskan tersebut dibiarkan terbuka, terjadi kontaminasi organisme dari udara sehingga pada labu kedua timbul mikroorganisme. Apabila kaldu yang sudah dipanaskan tersebut ditutup rapat, ternyata bebas dari mikroorganisme. Ini membuktikan bahwa percobaan Needham tidak benar dan ia pun mendukung teori biogenesis yang diprakarsai Redi.

Setelah percobaan Spallanzani tersebut teori abiogenesis tidak runtuh. Untuk mengubah suatu teori yang sudah lama dianut, itu tidak mudah. Penganut paham abiogenesis masih mempertahankan teorinya dengan mengkritik percobaan Spallanzani yang menyatakan bahwa untuk timbulnya kehidupan, perlu gaya hidup (ada udara), sedangkan dalam percobaan Spallanzani kaldu ditutup rapat.

c.       Louis Pasteur (1822—1895)

Dengan resistensi dari para penganut teori abiogenesis, para penganut aliran biogenesis terus mencoba mematahkan setiap bantahan yang diberikan para penganut paham abiogenesis tersebut. Pada tahun 1863, Louis Pasteur mencoba menyempurnakan percobaan Spallanzani dengan mempertahankan adanya gaya hidup (udara), yaitu menggunakan kaldu yang dipanaskan dalam labu dan ditutup tabung berbentuk leher angsa.

Setelah beberapa hari air kaldu pada percobaan tersebut dibiarkan, ternyata kaldu tersebut tetap bening dan tidak timbul mikroorganisme. Akan tetapi, apabila tabung leher angsa dipatahkan, kaldu tersebut ditumbuhi banyak mikroorganisme. Mengapa demikian? Karena, mikroorganisme di udara tidak sampai dalam kaldu akibat tertahan oleh penutup yang berbentuk leher angsa. Dengan demikian Louis Pasteur berkesimpulan bahwa semua kehidupan yang ada berasal dari kehidupan sebelumnya yang kemudian terkenal dengan slogan omne vivum ex vivo.

Pasteur berhasil dengan meyakinkan dapat menumbangkan teori generatio spontanea. Jadi, dengan mematahkan teori generatio spontanea, malah timbul pertanyaan lagi, dari mana makhluk hidup pertama kali terbentuk.

3.      Teori Evolusi Kimia (Neoabiogenesis)

Dengan banyak pertanyaan tentang asal mula kehidupan, para ilmuwan terus berpikir dan membuat teori baru. Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa bumi kita telah berumur lebih kurang 4,5 miliar tahun. Selama 500 tahun pertama, lingkungan bumi terlalu labil untuk berkembangnya kehidupan di bumi. Hal ini karena masih banyaknya asteroid yang berjatuhan ke permukaan bumi, gempa bumi, dan badai yang disertai kilat yang ekstrem yang terus membombardir bumi. Sekitar 4 miliar tahun yang lampau, kondisi bumi mulai stabil dan lautan sudah mulai terbentuk.

Tahun 1920, dua ilmuwan (A.I Oparin dan J.B.S Haldane) yang bekerja secara terpisah berhipotesis bahwa laut yang baru terbentuk mengandung molekul sederhana yang berlimpah. Molekul-molekul sederhana tersebut selanjutnya membentuk molekul yang lebih kompleks. Mereka pun berpendapat bahwa atmosfer bumi primitif terbentuk dari gasgas nitrogen (N2), uap air (H20), metan CH4), gas hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), dan amonia (NH3). Molekul-molekul yang ada di atmosfer tersebut selanjutnya akan bereaksi satu sama lain dengan bantuan sinar matahari dan kilatan petir membentuk molekul-molekul organik sederhana. Saat itu, oksigen di atmosfer belum terbentuk. Kalau ada oksigen, tidak mungkin terbentuk senyawa organik sederhana secara spontan. Karena, oksigen sangat reaktif dan dapat memutus ikatan kimia yang baru terbentuk. Laut di permukaan bumi saat itu juga belum terbentuk karena permukaan bumi yang panas menyebabkan setiap tetes air yang turun ke bumi akan menguap kembali. Sekitar 3,8 miliar tahun yang lalu, permukaan bumi mulai mendingin dan lautan pun mulai terbentuk.

Halold Urey dan muridnya Stanley Miller (1953) membuktikan hipotesis Oparin and Haldane dengan membuat percobaan yang meniru atmosfer bumi primitif dengan mencampurkan gas-gas, seperti metan, amonia, uap air, dan hidrogen dalam alat yang ia rancang.

Dengan menggunakan aliran listrik untuk menyimulasikan kilat dan cahaya matahari pada bumi primitif, hasilnya sangat menakjubkan. Dalam beberapa hari, percobaan tersebut menghasilkan senyawa organik yang terdiri atas urea, asam asetat, asam laktat, dan beberapa asam amino. Dari hasil eksperimennya,

Miller membuktikan bahwa senyawa organik sangat mungkin terjadi secara spontan pada atmosfer bumi primitif. Miller percaya bahwa pembentukan senyawa kompleks penyusun makhluk hidup tidaklah mudah dan memerlukan jutaan tahun untuk terjadinya evolusi kimia hingga terbentuk makhluk hidup sederhana. Jadi, terbentuknya makhluk hidup tidak semudah yang dianut abiogenesis (generatio spontanea), melainkan melalui evolusi kimia yang memakan waktu jutaan tahun. Teori ini pun disebut teori evolusi kimia atau neoabiogenesis yang merupakan reinkarnasi dari teori biogenesis karena memercayai makhluk hidup berasal dari benda tak hidup melalui evolusi kimia.

4.      Teori Panspermia

Pada abad ke-19, para ilmuwan antariksa menciptakan teori baru, yaitu teori panspermia yang sering disebut teori eksogenesis atau teori kosmologi. Teori ini bertentangan dengan teori abiogenesis dan mengemukakan bahwa benih kehidupan sudah ada dan tersebar di seluruh jagat raya. Benih kehidupan tersebut berkembang di mana saja yang lingkungannya memungkinkan. Jadi, asal mula kehidupan menurut teori ini bersumber dari benih-benih kehidupan yang ada di luar angkasa. Teori ini berhipotesis bahwa organisme mikroskopis datang dari luar angkasa, kemudian berkembang dan berevolusi di bumi. Seperti kita ketahui, bumi kita ini sering dihujani meteorit dari luar angkasa yang memungkinkan membawa benih makhluk hidup mikroskopis yang kemudian dapat berkembang dan berevolusi di muka bumi.

Sesungguhnya, teori ini secara tidak langsung mendukung teori biogenesis. Namun, teori ini belum mampu menjawab bagaimana benih tersebut terjadi dan dari mana asalnya.

Kalau di cermati, perkembangan teori asal mula kehidupan ini oleh para ilmuwan dari dahulu sampai saat ini sangat membingungkan. Tarikmenarik antara teori abiogenesis dan biogenesis terus terjadi. Semakin manusia berpikir, semakin sukar menemukan rahasia kehidupan. Hal ini terjadi karena ilmu manusia sangat terbatas untuk menelaah rahasia alam. Dalam Islam, dikatakan bahwa ilmu Allah itu seluas lautan, sedangkan ilmu manusia bagai setetes air di lautan. Sebagaimana tercantum dalam Alquran surah Lukman ayat 27, yang artinya: “Dan sekiranya segala pohon yang ada di bumi menjadi pena, dan segala lautan (menjadi tinta), dengan dibantu kepadanya tujuh lautan lagi sesudah itu, niscaya tidak akan habis kalimahkalimah Allah itu ditulis. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana”. Ayat tersebut menunjukkan betapa ilmu Tuhan sangat luas dan kepada manusia hanya diberikan sedikit saja. Dengan demikian tidak heran jika perseteruan antara penganut teori abiogenesis dan biogenesis terus berlanjut, karena keterbatasan pemikiran manusia.

5.      Teori Penciptaan

Berdasar pada teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan tersebut, ternyata mereka masih kebingungan dan masih berpikir keras untuk menelaah rahasia alam tersebut. Akhirnya, beberapa ilmuwan memilih kembali pada teori penciptaan, yang bersumber dari ajaran agama dan kitabkitab yang dianutnya. Kebanyakan agama, khususnya agama samawi, percaya bahwa alam semesta bersama isinya diciptakan oleh Tuhan. Memang teori ciptaan ini sukar dibuktikan dengan akal manusia karena datangnya bukan dari hasil percobaan, melainkan hasil telaah ilmu agama dan keyakinan.

Berdasarkan kitab Bibel, kaum Nasrani percaya bahwa bumi diciptakan dalam enam hari, tumbuhan diciptakan pada hari ketiga, ikan dan unggas pada hari kelima, serta yang lainnya pada hari keenam. Sejalan dengan umat Kristen, umat Islam pun percaya bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Tuhan. Untuk lebih jelasnya, coba Anda cermati firman Allah berikut. “… bahwa langit dan bumi disatukan, kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dari air” (QS 21: 30). Penganut agama Hindu juga percaya bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan.

Itulah teori penciptaan yang bersumber dari agama yang kebenarannya tidak untuk dibuktikan secara ilmiah karena teori tersebut datang dari Tuhan yang diyakini oleh keimanan dan bukan hasil pemikiran manusia. Manusia boleh tidak percaya dengan teori penciptaan. Namun, kalau kita renungkan, ternyata kita sendiri tidak tahu bagaimana kita dihidupkan dan bagaimana kita dimatikan. Semua itu adalah rahasia Tuhan yang Mahakuasa.

Ada beberapa teori asal mula kehidupan di muka bumi menurut Sodiq (2014:83) sebagai berikut:

1.    Teori Cozmozoa

                        Teori ini mengatakan bahwa Mahluk Hidup Berasal Dari Luar Angkasa , diperkirakan suatu benda berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu meruapakan suatu partikel–partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi : (a) benda hidup itu ada/telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini (b) hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antarbenda angkasa di bumi

2.    Teori Pfluger

                        Teori menyatakan bahwa Bumi itu berasal dari suatu materi yang sangat panas , yang mengandung Karbon dan Nitrogen sehingga terbentuk Cyanogen(CN) . Senyawa itu dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi , dan selanjutnya terbentuk zat protein pembentuk  protoplasma yang menjadi mahluk hidup.

3.     Teori Moore

                        Teori ini menyatakan bahwa hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok atau pas dari bahan Organik pada saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang kompleks dalam larutan yang labil. Jika proses ini terjadi maka muncullah hidup.

4.     Teori Allen

                        Bahwa saat keadaan berdifusi (bumi itu keadaannya seperti sekarang), beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom , Interaksi antara Nitrogen , Karbon , Hidrogen , Oksigen dan Sulfur , yang nantinya akan membentuk zat–zat yang difus yang akhirnya membentuk potoplasma benda hidup.

5.    Teori Transendental atau dari ciptaan

            Merupakan jawaban secara relegi bahwa benda hidup ini diciptakan oleh Super Nature atau Tuhan Yang Mahakuasa di luar jangkauan Sains.

D.    Sejarah Teori Evolusi

Teori evolusi terus mengalami perkembangan menurut bermacam-macam waktu dan konsep-konsepnya. Dengan teori evolusi modern akan dipelajari proses-proses yang terjadi pada masa lalu, atau proses yang mungkin terjadi pada masa lalu, serta metodologi dan latar belakang pemikiran, dan analisisnya (Djoko 2008:1.3).

1.      Masa Fiksisme

          (Tokoh-tokohnya: Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke) Para ahli hingga abad ke-18 beranggapan bahwa suatu organisme sesamanya adalah identik sebagai ciptaan Tuhan (Fix = tetap, maksudnya tidak berubah). Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antara satu organisme dengan organisme yang lain. Semua kegiatan biologis dianggap sesuai dengan semua ajaran yang sudah diturunkan dalam kitab-kitab melalui para Nabi. Adanya kelainan atau cacat tubuh dianggap sebagai kutukan, sehingga orang tersebut dikucilkan masyarakat. Kemiripan atau kesamaan antara dua jenis organisme dianggap sebagai suatu kebetulan. Teori fiksisme dianggap sebagai satu - satunya teori yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun juga.

2.      Masa Adaptasi dan Transformasi

          (Tokoh-tokohnya a.l: Hutton, Malthus, Lamarck, Lyell) Pada masa ini manusia mulai menyadari bahwa mereka tidak betul-betul sama antara satu dengan yang lainnya. Hal yang sama dapat pula diamati pada tumbuh - tumbuhan, bahwa tidak ada satu pohon pun yang mempunyai cabang yang tepat sama. Oleh karena itu, timbullah masalah mengenai dari mana datangnya perbedaan-perbedaan antarindividu. J.B. Lamarck mencoba menjelaskan bahwa perbedaan-perbedaan antarindividu tersebut disebabkan oleh kebiasaan individu tersebut.

3.      Masa Seleksi Alam

          (Tokoh-tokonya: C. Darwin, A.R. Wallace) Menurut teori Evolusi ini, suatu organisme beraneka ragam dan alam yang akan melakukan seleksi. Individu yang sesuai akan dapat bertahan, sedangkan yang tidak kuat akan mati. Hanya Darwin belum merasa puas, karena Beliau belum dapat menerangkan dari mana datangnya keanekaragaman.

4.      Masa Teori Genetika

          (Tokohnya: Mendel, De Vries, Tschernov, W.Bateson; Weismann) Dalam kehidupan membiara, seorang biarawan sering kali menanam kebutuhan sehari-hari seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Kalau mereka mempunyai waktu luang maka waktu tersebut digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang berguna dengan seizin kepala biara. Pada tahun 1865 Gregor Mendel, seorang biarawan Katolik mengemukakan hasil pengamatan penelitiannya selama menanam sayuran dalam rangka mencari suatu bibit unggul. Mendel mengemukakan bahwa sifat-sifat tertentu ternyata diturunkan dengan ketelitian yang cukup akurat. Oleh karena itu, beliau mengemukakan dua macam hukum penurunan yang kemudian dikenal sebagai hukum Mendel. Sayang sekali, hasil penelitian ini masih terlalu maju untuk zamannya, sehingga tidak ada seorang pun yang mengerti dan kemudian tersimpan begitu saja di perpustakaan. Sekitar 35 tahun kemudian, beberapa peneliti (Hugo de Vries dan Tschernov) menemukan kembali hukum Mendel tersebut secara independen. Ketika mereka memeriksa kepustakaan untuk meneguhkan penemuan mereka sebagai penemu pertama, ternyata penemuan tersebut sudah pernah dipublikasikan lama sebelumnya. Hukum Mendel yang ditemukan kembali kemudian merangsang para peneliti untuk mendalami bidang ilmu yang baru ini dan disebut ilmu Genetika. Selama 30 tahun berikutnya, ilmu Genetika berkembang dengan pesat, namun keberadaan ilmu ini baru berjalan sejajar dengan ilmu Evolusi sebagai dua disiplin ilmu yang terpisah dan tanpa ada sangkut pautnya. Apabila Charles Darwin berkesempatan membaca tulisan Mendel, maka mungkin ia merasa sebagai orang yang paling berbahagia di muka bumi, karena hukum Mendellah yang dapat menerangkan banyak hal yang tidak dapat diterangkan oleh teori Evolusi waktu itu. Selama 30 tahun kemudian, Ilmu Genetika berkembang dengan sangat pesat, bahkan lebih pesat dari ilmu Evolusi itu sendiri.

5.      Masa Teori Sintetik

          (Tokohnya: E. Mayr, P.J. Darlington, TH. Dobzhansky, Morgan, J. Huxley, G.G. Simpson) Morgan yang bekerja dengan lalat buah Drosophila melanogaster selama lebih dari 30 tahun merupakan orang yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika, karena berhasil menemukan banyak sekali fenomena baru mengenai kerja gen. Di lain pihak, Ernest Mayr dan P.J. Darlington yang mempelajari Taksonomi Sistematik dan Zoogeografi burung juga banyak menemukan fenomena evolusi yang baru. Dalam masyarakat ilmiah yang lebih komunikatif dibandingkan dengan masa sebelumnya, maka orang mulai melihat kaitan antara masing-masing ilmu. Ternyata bukan Ilmu Genetika dan Evolusi saja yang dapat saling menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat dipakai untuk menerangkan fenomena Evolusi. Pendapat ini mendapat dukungan dari sebagian besar ahli biologi terkemuka di dunia, misalnya Theodozius Dobzhansky yang telah berjasa dalam merangkum begitu banyak fenomena Evolusi dari berbagai macam disiplin biologi. Hal ini menyebabkan teori Evolusi masuk dalam masa baru yang kemudian dikenal dengan Teori Sintetik Evolusi.

6.      Masa Evolusi Modern

          (Tokohnya: R.A. Fischer; S. Wright, F Haldane, M. Nei, M. Kimura, T. Ota) Setelah ditemukannya struktur DNA dan majunya perkembangan komputer, maka teori Evolusi pun mengalami kemajuan yang pesat. Dengan analisis DNA, maka segala kemungkinan yang dahulu mustahil, kini dapat dilakukan, paling tidak secara teoritis. Dengan demikian, maka kemajuan dalam bidang evolusi pun dijabarkan secara matematis dan komputer pun memegang peranan yang penting untuk menunjang kemajuan teori Evolusi. Kini data raksasa pun dapat diatasi dengan komputer dan hanya akan memakan waktu beberapa menit saja untuk memperoleh jawaban.


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Biosfer merupakan sistem kehidupan paling besar karena terdiri atas gabungan ekosistem yang ada di planet bumi. Sistem itu mencakup seluruh mahluk hidup penghuni geosfer yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

Makhluk hidup adalah sistem atau organisme yang cenderung untuk merespon perubahan pada lingkungan mereka dan dalam diri mereka sendiri, sedemikian rupa untuk meningkatkan kelanjutan mereka sendiri dan berumur panjang. Makhluk hidup adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menghirup udara atau bernafas, bisa memindahkan atau menavigasi dan akibatnya memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Makhluk-makhluk hidup termasuk manusia, tanaman, serangga, hewan antara lain.

Dalam teori evolusi dikatakan bahwa makhluk yang mula-mula adalah sangat sederhana tingkatnya, yang bersel, yang bertunggal dan hidup dari bahan anorganis sehingga tergolong tumbuhan. Dari golongan tumbuhan itu, sebagian berubah menjadi hewan, yang selanjutnya berevolusi menjadi makhluk yang beraneka ragam seperti kehidupan masa kini.

Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian membentuk organisme.

Ada beberapa teori tentang asal-usul kehidupan di bumi: teori abiogenesis (generatio spontanea), teori biogenesis, teori evolusi kimia (neoabiogenesis), teori panspermia, teori penciptaan teori cosmozoa, teori pfluger, teori moore, teori allen, teori transendental.

B.     Saran

Demikianlah materi yangdapat penulis sampaikan, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.


 

SOAL

1.      Perpaduan kerja sama yang harmonis dan dinamis antara lingkungan litosfer, lingkungan hidrosfer, dan lingkungan atmosfer disebut dengan ....

a.       A.komunitas

b.      b.biologi

c.       c.biosfer

d.      d.antroposfer

2.      Satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup disebut dengan

a.       Sel

b.      Struktur

c.       Makhluk hidup

d.      Organisme

3.      Dalam menjawab permasalahan asal-usul kehidupan, ilmuwan yang berpandangan bahwa kehidupan berasal dari prinsip reaksi kimia yang ada di alam, yaitu....

a.       Louis Pasteur.

b.      Francesco Redi.

c.       Harold Urey

d.      Alexander Oparin.

4.      Teori asal-usul kehidupan disusun berdasarkan....

a.       hipotesis terhadap kemungkinan yang akan terjadi.

b.      hasil analisis data peristiwa masa lampau.

c.       kenyataan kehidupan yang ada sekarang.

d.      hipotesis terhadap keadaan bumi saat ini.

5.      Ciri2 yang membedakan makhluk hidup dan tak hidup adalah.kecuali…

a.       Bernafas

b.      Memerlukan makanan

c.       Tumbuh dan berkembang

d.      Diam

6.      Ciri2 makhluk hidup adalah.kecuali

a.       Organisme tidak melakukan metabolisme

b.      Organisme tubuh dan berkembang

c.       Organisme bereaksi terhadap rangsangan

d.      Organisme beradaptasi terhadap perubahan lingkungan

7.      bagian sel berupa cairan kental yang terletak di antara selaput sel (membran plasma) dan inti sel (nukleus) disebut sebagai...

a.       Dinding sel

b.      Selaput sel

c.       Sitoplasma

d.      Inti sel

8.      Berikut ini yang termasuk kedalam ciri2 sel hewan adalah

a.       Tidak mempunyai kloroplas

b.      Memiliki dinding sel dari selulosa

c.       Ukuran vakuola besar

d.      Bentuk tetap

9.      Teori yang mengatakan bahwa Mahluk Hidup Berasal Dari Luar Angkasa , diperkirakan suatu benda berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu meruapakan suatu partikel–partikel kecil. Disebut juga dengan teori...

a.       Teori Pfluger

b.      Teori Moore

c.       Teori Allen

d.      Teori Cozmozoa

10.  suatu organisme beraneka ragam dan alam yang akan melakukan seleksi. Berdasarkan pernyataan diatas masa2 ini terdapat kedalam masa...evolusi

a.       Masa Fiksisme

b.      Masa Adaptasi dan Transformasi

c.       Masa Seleksi Alam

d.      Masa Teori Genetika


 

Kunci Jawaban

1.      C

2.      A

3.      B

4.      B

5.      D

6.      A

7.      C

8.      A

9.      D

10.  C

 

 

 

 


 

Daftar Pustaka

Djoko, T. Iskandar. 2008. Evolusi. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka

Nisyawati, Dkk. 2019. Biologi Umum. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka

Rahmadina. 2020. Modul Ajar Biologi Sel dan Peranannya dalam Kehidupan. Medan: Uin           Sumatera Utara

Sodiq, Mochammad. 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Kencana

Subagiartha, I Made. 2018. Sel Struktur, Fungsi, dan Regulasi. Denpasar: Universitas Udayana.

Sumardi, Yosaphat,dkk. 2016. Konsep dasar IPA di SD. Tanggarang selatan: universitas terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Argumentasi Kritis Tentang Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan

Argumentasi Kritis Tentang Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan Pendidik...