Rabu, 30 September 2020

Pengantar IAD, Alam Pikiran Manusia Dan Perkembangannya

 

RESUME

Ilmu Kealaman Dasar

Pengantar IAD, Alam Pikiran Manusia Dan Perkembangannya”

 

 

 

Oleh Kelompok 5

Fajriati Syahnur

Indri Yulia

Reska Sri Harida

Suci Angela William

 

Dosen Pengampu : Dra. Zuryanty, M.Pd

 

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

A.  

  Hakekat,Tujuan Dan Ruang Lingkup Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar

1.      Pengertian ilmu alamiah dasar

Ilmu Alamiah Dasar adalah ilmu pengetahuan yang melakukan kajian tentang gejala-gejala di alam semesta termasuk planet bumi. Fokus kajiannya adalah konsep dan prinsip dasar yang esensial saja. Bumi menjadi tempat makhluk hidup dan mati, makhluk hidup tunduk akan hukum kehidupan (biologis), sedangkan benda mati menjadi pengisi bumi dan tunduk pada hokum alam. Sodiq (2014 : 1)

Ilmu Alamiah Dasar merupakan disiplin ilmu yang dapat berubah sesuai kemajuan peradaban manusia. Menurut Aly (2004) mengatakan bahwa “Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi” yang pembahasannya mencakup pengenalan IPA dan ruang lingkupnya, perkembangan teknologi dan dampaknya, serta hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia. Manusia sebagai subjek pokoknya yang dalam hal ini merupakan makhluk hidup yang paling tinggi kedudukannya. Salah satu indikatornya adalah sifat unik manusia. Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah,tetapi rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat. Akal bersumber pada otak dan budi bersumber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangannya manusia memanfaatkan akal budi yang diilikinya dan juga ditunjang dengan rasa ingin tahu, maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.

Ilmu Alamiah Dasar bukan suatu disiplin ilmu, melainkan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar yang ada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.  yang dapat berubah sesuai kemajuan peradaban manusia. Menurut ahmadi (2008) mengatakan bahwa Ilmu Alamiah Dasar jika dipenggal berasal dari tiga suku kata. Ilmu artinya bagian dari ilmu pengetahuan manusia, Alamiah artinya terjadi dengan sendirinya dan Dasar yang artinya permulaan suatu bentuk. Istilah ini berasal dari Eropa Daratan (Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika) yang mana istilah ini masuk ke Indonesia pada zaman yang berbeda-beda. Ilmu alamiah dalam arti luas merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam manusia.

Darmodjo (2006) mengatakan bahwa Ilmu Alamiah Dasar dapat diartikan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) yang mengkaji tentang gejala–gejala dalam alam semesta sehingga terbentuklah konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar hanya mengkaji konsep–konsep dan prinsip–prinsip dasar yang bersifat esensial, contohnya seperti Biologi, Fisika, dan Kimia, ketiga ilmu tersebut juga memiliki turunan lagi. Dan menurut Jasin (2009) mengatakan bahwa Ilmu Alamiah Dasar dapat diartikan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) yang mengkaji tentang gejala–gejala dalam alam semesta di bumi ini sehingga terbentuklah konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar hanya mengkaji konsep–konsep dan prinsip–prinsip dasar yang bersifat esensial, contohnya seperti Biologi, Fisika, dan Kimia, ketiga ilmu tersebut juga memiliki turunan lagi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu alamiah dasar (IAD) merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bisang ilmu pengetahuan alam IPA dan teknologi, bersifat relative dan dapat berubah sesuai dengan kemajuan peradaban manusia yang hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang essensial saja.

2.      Tujuan Ilmu Alamiah Dasar

Tujuan Ilmu Alamiah Dasar adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi manusia, untuk menguasai, mengendalikan, serta memanfaatkan alam. Halil (2016 : 5)

Perkuliahan IAD bertujuan untuk membantu mahasiswa agar memiliki pandangan yang lebih luas di bidang IPA, serta mendekati persoalan pengetahuan alam dengan penalaran yang lebih komprehensif.       Menurut Darmodjo (2006) mengatakan bahwa tujuan ilmu alamiah dasar adalah:

a.       Memperkenalkan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan alam.

b.      Memberikan wawasan pengetahuan, pengertian, dan apresiasi terhadap objek dan cara pemikiran serta cara-cara pendekatan dalam IPA dan teknologi.

c.       Memberikan bekal untuk memanfaatkan bahan dan cara pemikiran, cara-cara pendekatan dan hasil-hasil dalam IPA dan teknologi.

d.      Mengembangkan interaksi yang selaras dan disiplin-disiplin ilmu eksakta maupun non-eksakta.

Menurut Ahmadi (2008) mengatakan bahwa tujuan mempelajari Ilmu Alamiah Dasar dalam instruksional umum adalah agar dapat memahami perkembangan penalaran manusia terhadap gejala-gejala alam hingga terwujudnya metode ilmiah yang merupakan ciri khusus dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Adapun tujuan mempelajari Ilmu Alamiah Dasar dalam Instruksional Khusus adalah agar dapat menjelaskan perkembangan naluri kehidupan manusia, dapat menjelaskan perkembangan alam pikir manusia dalam memenuhi kebutuhan terhadap “rahasia ingin tahu” nya, serta dapat memberi alasan yang diterima mitos dalam kehidupan masyarakat.

Tasmuji (2018:4) mengatakan tujuan mempelajari IAD yaitu:

a.       Mampu memahami dan menjelaskan ruang lingkup pembahasan IAD.

b.      Mampu memiliki cakrawala pandang yang lebih luas dalam bidang IAD.

c.       Mampu memahami persoalan ilmu alamiah dengan penalaran yang lebih komprehensif.

d.      Mampu memahami dan menjelaskan berbagai fenomena alam dalam tinjauan sains dan alQur’an

e.       Mampu mengembangkan kepribadian sehingga muncul kepekaan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat dan bertanggungjawab terhadap berbagai masalah perkembangan ilmu alamiah dasar.

f.       Memiliki cara pandang yang utuh akan hubungan al-Khaliq dengan makhluqNya berikut tanggung jawab manusia di dalamnya.

3.      Pentingnya Mempelajari IAD

Sekalipun materi Ilmu Alamiah Dasar ini sudah didapatkan pada jenjang pendidikan dasar menengah dan lanjutan atas, namun materi ini Pengertian, Tujuan dan Pentingnya Mempelajari IAD menjadi penting untuk disampaikan kembali namun tentu saja dengan penekanan yang berbeda.

Fenomena yang terjadi dengan adanya ruang lingkup yang terbatas pada jurusan di perguruan tinggi, membuat mahasiswa lebih fokus untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan bidang studinya saja. Sementara untuk informasi atau pengetahuan yang tidak berkaitan dengan bidang studinya cenderung diabaikan atau seolah tidak mau tahu. Padahal sesungguhnya mahasiswa diharapkan untuk memiliki cara berpikir yang komprehensif, karena mahasiswa adalah sosok yang diharapkan masyarakat peduli dan mengetahui akan berbagai persoalan yang tengah terjadi. Bukan menjadi seseorang yang terkotak-kotak pada bidang keilmuannya saja.

Selain itu ilmu alamiah dasar ini akan menjadi sumber nilai dan pedoman guna mengantarkan mahasiswa memantapkan: kepribadian, kepekaan lingkungan dan sosial, kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan mempelajari ilmu alamiah dasar (IAD) diharapkan pula dapat menjadi sosok yang memiliki pengetahuan akan manusia dan alam semesta sehingga menyadari posisinya dihadapan al-Khalik serta dalam kaitannya dengan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil ardh sehingga dapat mengelola bumi beserta isinya dengan sebaikbaiknya.

4.      Ruang Lingkup Ilmu Alamiah Dasar

Menurut Jasin (2009) mengatakan bahwa ruang lingkup Ilmu Alamiah Dasar (Basic Natural Science) secara garis besar meliputi : 

a.       Fisika ( Physics )

Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tak hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan – perubahan yang bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi dalam mekanika, panas, bumi, cahaya, gelombang, listrik, magnet dan teknik mekanika, teknik sipil, teknik listrik, dan termasuk dalam lingkup besar ilmu bumi dan antariksa.

b.      Kimia ( Chemistry )

Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan – perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi menjadi kimia anorganik dan kimia organic. Kedua bagian itu pada dasarnya membahas dasar keseluruhan, kemudian diikuti analisis kualitatif dan kuantitatif.

c.       Biologi ( Biological Science )

Ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan gejala – gejalanya. Biologi dibagi atas cabang – cabang antara lain :

1)      Botani dalah suatu cabang biologi yang mempelajari tentang seluk beluk tentang tumbuhan. 

2)      Zoologi adalah cabang biologi yang mempelajari struktur, fungsi, perilaku, serta evolusi hewan.

3)      Morfologi adalah suatu studi tentang struktur luar atau bentuk luar makhluk hidup. Berikut beberapa ilmu yang menggunakan nama morfologi:

a)      Morfologi (linguistik), ilmu tentang morfem-morfem dalam bahasa.

b)      Morfologi (biologi), ilmu tentanbentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya.

4)      Geomorfologi, ilmu tentang batuan dan bentuk luar bumi.

5)      Anatomi merupakan suatu studi tentang struktur – dalam atau bentuk dalam makhluk hidup. Anatomi adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup.

6)      Fisiologi adalah suatu studi tentang fungsi bagian tubuh atau organ makhluk hidup. Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.

7)      Sitologi ( Biologi Sel ) adalah suatu studi tentang sel secara mendalam meliputi struktur molekuler dan lain – lain. 

Ahmadi (2008)  mengelompokkan ruang lingkup Ilmu Alamiah Dasar (IAD) kedalam lima pokok bahasan sebagai berikut :

a.       Kelahiran alam semesta

b.      Masalah tata surya

c.       Bumi

d.      Asal mula kehidupan bumi

e.       Perkembangan variabilitas makhluk hidup

5.      IAD Sebagai Bagian Dari MBB

Berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor 44/DIKTI/Kep/2006 Ilmu Alamiah Dasar (IAD) juga merupakan salah satu komponen dari kelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB). Misi Kelompok MBB di perguruan tinggi membantu menumbuhkembangkan daya kritis, daya kreatif, apresiasi, kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai sosial dan budaya demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang:

a.       Bersikap demokratis, berkeadaban, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bermartabat, serta peduli terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

b.      Memiliki kemampuan untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

c.       Ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah sosial budaya dan lingkungan hidup secara arif.

Komponen MBB bertujuan untuk mengantarkan mahasiswa mengembangkan kemampuan pemahaman serta penguasaan tentang :

a.       Keanekaragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat dengan kebudayaan melalui pranata pendidikan

b.      Tanggung jawab manusia terhadap sumber daya alam dan lingkungannya dalam berkehidupan bermasyarakat, baik nasional maupun global, yang membatasi tindak kekaryaan seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.

Ilmu Alamiah Dasar (IAD) sebagai ilmu dianggap perlu diketahui dan dimiliki oleh mahasiswa khususnya mahasiswa dari fakultas non-eksakta (dalam Dewiki,2016:1.2) karena:

1.      Memberikan konsep-konsep dasar dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.      Memberikan wawasan pengetahuan, pengertian, dan apresiasi terhadap objek, cara pemikiran, dan cara-cara pendekatan dalam IPA dan teknologi yang sifatnya terapan;

3.      Dalam IAD juga membicarakan kelangsungan kehidupan di bumi

4.      Menyadarkan manusia akan kandungan kekayaan bumi, baik yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum.

 

B.     Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya

1.      Hakekat Manusia

Aly (2004) mengatakan bahwa Dibanding dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah yang terlemah, sedangkan rohaninya atau akal budi dan kemauannya sangat kuat Meski demikian manusia memiliki kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Dengan demikian manusia bisa mengatasi kelemahannya tersebut.

Asiyah, dkk. (2019;21) mengemukakan secara umum hakikat manusia dalam 3 hakikat yaitu hakikat manusia sebagai makhluk yang kuat, hakikat manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab dan hakikat manusia dalam wujud dan sifatnya.

a.       Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Kuat

Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia dicipta dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupunada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

b.      Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Bertanggung Jawab

Sesungguhnya hakikat manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahata. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.

c.       Hakikat Manusia Dalam Wujud dan Sifatnya

Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:

1)      Kemampuan Menyadari Diri

Kaum rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya.

2)      Kemampuan Bereksistensi

Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia bukan ”berada” seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan bereksistensi inilah yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mahkluk infra human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungannya.

3)      Kata Hati

Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya, bagi manusia sebagai manusia.

4)      Moral

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan.

5)      Tanggung Jawab

Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, masyarakat, norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

6)      Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia.

7)      Kewajiban dan Hak

Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada. Belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban karena pemenuhan hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.

8)      Kemampuan Menghayati Kebahagian

Pada saat orang menghayati kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar. Oleh karena, itu dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya  irasional. Manusia yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.

2.      Sifat Keingintahuan Manusia

Rasa ingin tahu (kuriositas), juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.

Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.

Manusia dengan rasa ingin tahunya yang besar ,selalu berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk menjawab semua rasa ingin tahu manusia sering menerka–nerka jawaban mereka sendiri. Pengetahuan seperti inilah yang disebut pseudo science. Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu . Cara memperoleh sains semu (pseudo sains), antara lain : Mitos, Wahyu, Otoritas dan tradisi, Prasangka, Intuisi, Penemuan kebetulan, dan Cara – coba – ralat.

Pada zaman Yunani ( 600 – 200 SM ) terjadi pola pikir yang lebih maju dari pola pikir mitos, dimana terjadi penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal sehat, logika atau rasional. Aliran ini disebut rasionalisme. Lebih lanjut lagi dikenal dengan metode deduksi yaitu penarikan suatu kesimpulan didasarkan pada suatu yang bersifat umum (Premis mayor) menuju ke yang khusus (Premis minor). Dasar metode ilmiah sekarang adalah metode induksi, yang intinya adalah bahwa pengambilan keputusan dan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimen.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Untuk mengetahui sesuatu, manusia dapat menggunakan indranya dengan cara mendengar, melihat, merasa, mencium, dan sebagainya. Semua pengetahuan yang didasarkan secara indrawi dikategorikan sebagai pengetahuan empiris, artinya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting dari seluk-beluk adanya pengetahuan.

Setiap orang memiliki pengetahuan karena pernah mengalami sesuatu dan setiap pengalamannya dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak. Secara otomatis setiap orang memiliki pengetahuan, akan tetapi kerena pengalaman setiap orang berbeda-beda, penyelesaian masalahnya bersumber pada pengalaman yang beragam sehingga pengetahuan menjadi semakin banyak. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman akan membedakan cara penyelesaian masalah, sekaligus memperkaya pengetahuan. Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat berharga. Kerena pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang utama dan kemudian melahirkan empirisme.

Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsuf yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri. Beberapa pandangan filsuf tentang pengalaman sebagai sumber pengetahuan, yaitu menggambarkan secara mendalam bahwa sumber pertama pengetahuan adalah pengalaman. Manusia yang belajar dari pengalamannya adalah manusia yang memahami bahwa masa depan sangat bergantung padakecerdasan dalam mengambil pelajaran atau hikmah dibalik semua pengalaman.

Gagasan dalam pikiran manusia adalah ide yang terdapat dalam alat pikir yang disebut dengan akal atau otak. Sistem gagasan dalam pikiran manusia adalah kelancaran kerja otak dalam menangkap segala sesuatu, mengembangkan nalar dalam sebuah ide tentang sesuatu yang dimaksudkan, dan membentuk konsep demi pembatasan sesuatu yang digagas.

Manusia memiliki rasa ingin tahu atau kurioritas yang terus tumbuh dan berkembang sangat pesat. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat terpuaskan, apabila suatu masalah dapat dipecahkan akan timbul masalah lainnya yang menunggu pemecahanya. Manusia akan terus bertanya setelah mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi. Hal ini demikian berlangsung berabad-abad sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial yaitu berfikir, al-insan hayawanu naathiq, artinya manusia adalah makhluk yang berfikir. Karena itu lahirnya ilmu pengetahuan tentang alam atau ilmu alamiah berasal dari pemikiran manusia tentang jati diri alam.

Dengan rasa ingin tahunya yang besar, manusia selalu berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk bisa menjawab pertanyaan dari rasa ingin tahunya, manusia sering mereka-reka sendiri jawabannya. Meski jawaban seperti ini kadang tidak logis, namun sering diterima masyarakat awam sebagai suatu kebenaran. Pengetahuan semacam ini disebut pseudo science, yaitu pengetahuan mirip sains tapi bukan sains.

Cara memperoleh pengetahuan dengan pendekatan pseudo science (sains semu) ini antara lain sebagai berikut.

a.       Mitos, merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dengan dugaan, imajinasi dan kepercayaan.

b.      Wahyu, merupakan komunikasi sang Pencipta dengan makhluk-Nya sebagai utusan yang menghasilkan ilmu pengetahuan yang benar.

c.       Otoritas dan Tradisi, yaitu pengetahuan yang telah lama ada dan dipergunakan oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.

d.      Prasangka, yaitu berupa dugaan yang kemungkinannya bisa benar dan bisa salah.

e.       Intuisi, merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pola pikir tertentu dan biasanya pendapat itu diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu.

f.       Penemuan Kebetulan, yaitu pengetahuan yang awalnya ditemukan secara kebetulan dan beberapa di antaranya adalah sangat berguna.

g.      Cara Coba-Ralat (Trial and Error),  adalah pengetahuan yan g diperoleh melalui cara coba-salah-coba-salah, tanpa dilandasi dengan teori yang relevan.

3.      Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia

Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat

unik manusia.

a.      Perkembangan Fisik Manusia

Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.

Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.       Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja. Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ - organ reproduksi (organ genitalia ).

Perubahan fisik dan emosi pada masa pubertas dipengaruhi oleh hormon seperti estrogen dan progesteron, pada remaja perempuan dan diproduksi oleh indung telur, dan testosteron, pada remaja laki-laki diproduksi oleh testis. Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa. Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.

Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.

Manusia berasal dari sel telur ibu dan sel sperma ayah yang bersatu membentuk embrio, kemudian tumbuh menjadi banyak sel serta melakukan diferensiasi dan berkembang menjadi bayi yang dilahirkan ke muka bumi. Bayi manusia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang pandai berbicara, membaca, berhitung dan mampu bergerak dengan lincah. Anak tersebut menjadi remaja yang mulai mengalami pubertas, seperti perempuan mulai mensturasi, dan laki-laki mulai memiliki jenggot, kumis, serta membesar suaranya. Selanjutnya masuk masa dewasa yang sudah mampu bekerja dan berumah tangga.

b.      Perkembangan Sifat dan Pemikiran Manusia

Sifat ingin tahu manusia berkembang seiring dengan perkembangan umur dan waktu dimana manusia tersebut hidup.

Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini.

Berikut ini, Dewiki (2014:1.26) menyatakan pengelompokan perkembangan kecerdasan manusia berdasarkan usia dari bayi hingga dewasa.

1)      Masa bayi (0 – 2 Tahun)

Masa bayi menurut psikologi disebut juga sebagai periode sensomotorik. Pada periode ini, perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat. Ia mulai belajar makan,berjalan,berbicara,dan mengikatkan diri pada orang lain. Dengan gerakan – gerakan anggota tubuhnya, ia belajar memadukan keterangan – keterangan melalui semua alat inderanya.

2)      Masa Kanak – kanak ( 3 – 5 Tahun )

Masa kanak – kanak disebut sebagai periode praoperasional, dengan kisaran usia 2 – 7 tahun. Pada periode ini, dorongan keingintahuannya sangat besar, sehingga banyak yang menyebut masa ini sebagai masa bertanya. Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki keterampilan berbahasa lisan. Namun,pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan lambang – lambang, seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.

3)      Masa Usia Sekolah ( 6 – 12 Tahun )

Masa ini disebut juga sebagai periode operasional nyata, dengan kisaran usia 7-11 tahun. Pada periode ini, anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik, dan motorik yang baik. Perolehan pengetahuannya masih dengan induksi ( pengamatan dan percobaan ), walaupun sudah dimulai dengan menggunakan penalaran dan logika.

4)      Masa Remaja ( 13 – 20 Tahun )

Masa remaja disebut juga periode operasional formal ( 11 – 15 tahun). Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik),baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan dirinya sebagai orang dewasa,padahal secara fisik,mental,dan emosional belum mampu menggunakan nalar serta berhipotesis.

5)      Masa dewasa ( > 20 Tahun )

Masa dewasa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang bertanggung jawab.

Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat buaya, tidak mampu mengangkat benda berat seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal budinya dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lain. Kelebihan manusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.

Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) mapun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.

Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati bendabenda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya. Pengamatanpengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya “apa”-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari “bagaimana” dan kemudian berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.

4.      Sejarah Pengetahuan Manusia

Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap ( dalamWidiastuti, 2017: 7-8) yaitu:

a.       Tahap teologi atau fiktif

Pada tahap teologi atau fiktif, berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubugkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.

b.      Tahap filsafat atau fisik atau abstrak

Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakekat segala sesuatu.

c.       Tahap positif atau ilmiah riil

Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan.

Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu. Sebagai contoh adalah pada zaman Babilonia dan Yunani, karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu utama) maka landasan ilmu pengetahuan zaman ini sebagian berasal dari pengamatan maupun pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan ataupun “mitos.”

Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap fiktif karena manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada di sekitarnya. Manusia menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak objektif melainkan subjektif.

Menurut C.A. van Peursen (dalam Dewiki,2014: 140) mengatakan mitos ialah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang dan sebagainya.

Pada tahap teologi ini, manusia menemukan identitas dirinya. Manusia sebagai subjek yang masih terbuka dikelilingi oleh objek, yakni alam sehingga manusia mudah sekali dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Manusia belum mampu memandang objek atau realita dengan indranya sehingga manusia dan alam lebur menjadi satu. Lewat mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian alam sekitarnya dan dapat juga menanggapi daya kekuatan alam. Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu:

a.       Mitos Sebenarnya

Manusia berusaha sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, namun belum tepat karena kurang pengetahuannya sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa-dewi. Contoh:

1)      Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) sedang memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu lainnya.

2)      Gerhana bulan disangka terjadi karena bulan dimakan raksasa maka pada waktu gerhana bulan, manusia memukul-mukul benda apa saja yang dapat menimbulkan bunyi, agar raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan itu.

3)      Bunyi guntur disangka roda kereta yang dikendarai dewa melintasi langit.

b.      Cerita Rakyat

Mitos yang merupakan cerita rakyat ialah usaha manusia mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat. Oleh karena cerita rakyat hanya disampaikan dari mulut ke mulut maka sulit dipercaya kebenarannya. Akan tetapi, gejala yang ada dalam masyarakat memang ada dan agar meyakinkan, seorang tokoh dikaitkan dalam cerita tersebut. Contohnya Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Bawang Merah, Bawang Putih dan Timun Emas dari Jawa Tengah.

c.       Legenda

Adapun cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda dikemukakan seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun yang bersangkutan dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda. Contohnya  Sangkuriang yang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu dan Dataran Tinggi Bandung yang dahulunya merupakan danau.

Manusia pada tahap teologi (menurut A. Comte) atau pada tahap mitos (C.A. van Peursen), belum dapat melihat realita ini dengan indranya. Manusia belum dapat mengetahui dan menangkap peristiwa (objek) dengan alam pikirannya maka manusia beranggapan bahwa dewa, hantu, setan atau makhluk gaib lainnya yang dianggap sakti atau berkuasa sedang murka.

Cara berpikir seperti itu disebut berpikir secara irasional. Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara irasional belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos menanggapi realita dengan mengadakan selamatan, tari-tarian atau menyanyikan lagu-lagu. Lewat cerita ini, manusia merasa aman dan merasa dapat menghindarkan diri dari keganasan peristiwa alam. Jadi, mitos itu timbul akibat seperti berikut.

a.       Keterbatasan Pengetahuan Manusia

b.      Keterbatasan Penalaran Manusia

c.       Keingintahuan Manusia yang telah Dipenuhi untuk Sementara

d.      Keterbatasan Alat Manusia

Selain itu manusia secara terus menerus mengembangkan pengetahuannya tidak hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidupnya saja, tetapi juga untuk mengetahui mana yang benar, mana yang salah, mana yang bagus atau mana yang jelek. Mereka harus terus berpikir sehingga dapat menarik kesimpulan dan memperoleh pengetahuan. Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Proses berpikir dalam nearik kesimpulan yang benar disebut penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang logis dan analitis.

Berikut ini perkembangan pengetahuan manusia dari zaman purba sampai zaman modern (dalam Dewiki, 2014: 1,46- 1,56):

a.      Zaman Purba

Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman purba berasal dari kemampuan mengamati, membeda-bedakan, dan dari hasil percobaan yang sifatnya trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima begitu saja tanpa mencari tahu sebab akibatnya.

Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis, membaca, dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan berlangsung terus-menerus. Misalnya, dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babylonia menetapkan pembagian waktu seperti, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya, jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh ini juga digunakan untuk pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 10 dan satu lingkaran penuh ialah 3600. Demikian pula para ahli Babylonia dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah sepuluh atau sebelas hari. Ini terjadi kira-kira 3000 SM.

Pada tahun 2980 – 2950 SM, manusia dapat membangun piramid di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan matematika, khususnya geometri dan aritmatika telah maju.

Kurang lebih tahun 1600 SM, orang Mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali garis tengahnya, sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat kelilingnya.

b.      Zaman Yunani (600-200 SM )

Suatu pola berpikir yang satu langkah lebih maju daripada mitos dan pseudo science ialah penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal sehat atau rasional. Contohnya ialah ajaran-ajaran orang Yunani pada sekitar tahun 600 - 200 SM.

Sebagai tonggak sejarah, dapat disebutkan di sini seorang ahli pikir Bangsa Yunani yang bernama Thales (624–546 SM), seorang astronom yang juga ahli di bidang matematika dan teknik. Ia yang pertama berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan sinarnya sendiri, sedangkan bulan hanya sekadar memantulkan cahaya dari matahari. Ia juga berpendapat, bahwa bumi merupakan suatu piring yang datar yang terapung di atas air. Thales juga mempertanyakan asal usul dari semua benda yang kita lihat di alam raya ini. Ia berpendapat bahwa adanya keanekaragaman benda di alam, sebenarnya merupakan gejala alam saja. Bahan dasarnya amat sederhana dan sama. Unsur dasar itu, membentuk benda yang beraneka ragam melalui proses. Jadi, tidak terbentuk begitu saja. Unsur dasar tersebut menurut Thales ialah air.

Beberapa pakar yang berpengaruh antara lain (Maskoeri Jasin, 2008: 7):

1)      Anaximander (610-546 SM)

Seorang pemikir yang sezaman dengan Thales, berpendapat bahwa alam semesta yang kita lihat itu berbentuk seperti bola dengan bumi sebagai pusatnya. Langit dengan segala isinya, beredar mengelilingi bumi. Pendapat ini bertahan hingga dua abad lamanya. Ia juga mengajarkan membuat jam matahari atau petunjuk waktu dengan sebuah tongkat yang ditegakkan di atas bumi dan juga untuk menentukan titik balik matahari. Jam matahari merupakan dasar perhitungan jam sampai sekarang.

2)      Phytagoras(580-500 SM)

Tokoh ini berpendapat, bahwa sebenarnya unsur dasar ada empat, bukan satu yang dapat berubah ke dalam tiga bentuk unsur seperti yang dikemukakan oleh penemu-penemu sebelumnya. Keempat unsur dasar itu ialah tanah, api, udara dan air. Pythagoras juga terkenal di bidang matematika. Salah satu penemuannya yang terpakai sampai sekarang ialah yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras tentang segitiga siku-siku, yakni berikut ini.

Tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat bahwa bumi ini bulat dan berputar karena berputar maka tampaknya seolah-olah alam berputar mengelilingi bumi.

3)      Socrates(470-399 SM)

Ia dianggap sebagai tonggak ilmu pengetahuan Yunani karena banyak melakukan penyelidikan terhadap pengetahuan yang menyangkut kehidupan manusia. Walaupun Socrates tidak meninggalkan karya-karya tertulis, tetapi buah pemikirannya dikumpulkan oleh muridnya Plato. Ilmunya yang terkenal ialah logika yang mengajak manusia untuk berpikir yakni adanya major premise, minor premise dan conclusion.

4)      Plato (423-347 SM)

Ia mempunyai titik tolak berpikir yang berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Ia yang sastrawan itu menghindari pemikiran yang terlalu materialistik seperti Demokritos dan Empedokles. Plato berpendapat bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya suatu duplikat saja dari suatu yang kekal dan material.

5)      Aristotelles (384-322 SM)

Ia merupakan pemikir terbesar pada zamannya. Ia membukukan intisari dari ajaran orang-orang sebelumnya. Aristoteles membuang hal-hal yang tidak masuk diakalnya dan menambahkan pendapatnya sendiri.

Bukunya merupakan ensiklopedia pengetahuan masa itu. Tentang unsur dasar, ia menyebutkan adanya zat tunggal yang disebut Hule. Zat tunggal ini tergantung dari kondisinya, dapat berbentuk tanah, air, udara atau api. Adanya transmutasi ini disebabkan oleh keadaan dingin, lembab, panas dan kering. Contoh, apabila Hule dalam kondisi lembab dan panas maka ia berbentuk udara. Apabila dalam keadaan panas dan kering akan berbentuk api dan bila kering dan dingin berbentuk tanah.

Aristoteles tidak percaya adanya ruang hampa. Ia berpendapat bahwa bila di suatu tempat tidak ada apa-apanya (benda), di situ ada sesuatu yang immaterial, yakni Ether (bukan eter yang kita kenal sebagai senyawa kimia). Ajaran Aristoteles yang penting ialah suatu pola berpikir dalam memperoleh kebenaran berdasarkan logika. Dia juga sebagai orang pertama yang menyusun klasifikasi bintang yang ada di muka bumi ini.

c.       Zaman Pertengahan

Perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya terjadi dan berkembang di Timur Tengah pada abad pertengahan yang diprakarsai oleh bangsa Arab. Banyak peninggalan pengetahuan bangsa Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan ditulis dalam bentuk buku serta dipakai sebagai acuan pada dunia Islam dan Eropa.

Pada zaman ini juga banyak dikembangkan metode eksperimen yang memungkinkan perluasan bidang kedokteran, farmasi, astronomi, kimia dan biologi. Penemuan penting yang digunakan sampai saat ini ialah penulisan bilangan (angka Arab) dan desimal yang memunculkan ilmu aljabar.

Tokoh pembaharu pada zaman ini menurut Supartono, dkk dalam bukunya Ilmu Alamiah Dasar, ialah sebagai berikut:

1)      Kwarizmi (+ 780–850 M)

Ia menghasilkan karya Al Jabr wal Mukabala yang berarti pengutuhan kembali dan perbandingan, memperkenalkan asas algorisme yang merupakan sistem hitungan nilai angka menurut tempat dari kanan ke kiri, satuan, puluhan, ribuan dan seterusnya. Sehingga penjumlahan bilangan dari atas ke bawah untuk sejumlah deret angka tidak mengalami kesulitan. Inilah yang kemudian menjadi dasar mesin hitung dan kalkulator. Sistem persepuluhan (decimal) yang sejajar dengan asas algoritme segera dapat menggantikan sistem perenampuluhan (hexadesimal) yang sebelumnya digunakan oleh bangsa Semit. Angka Romawi yang tidak mengenal nol, tidak cocok dipakai dalam sistem persepuluhan dengan angka di belakang koma, dan tidak dapat dipakai dalam penjumlahan dari atas ke bawah. Dari sistem Kwarizmi yang berasal dari bahasa Arab inilah, bangsa Barat menyebutkannya sebagai angka Arab, walaupun penulisannya sudah lain.

2)      Ar Razi (866–909 M)

Tokoh kedokteran dan kimia, orang Barat menyebutnya Razes. Ar-Razi merupakan orang pertama yang mendiagnosis penyakit cacar dengan cara membedakan antara cacat air (variola) dan cacar merah (rougella). Ia juga berhasil melaksanakan pengobatan dengan pemanasan saraf, pengobatan penyakit kepala, mendiagnosis tekanan darah tinggi, dan menggunakan kayu pengikat untuk patah tulang (spalk). Sebagai ahli kimia ia menemukan air raksa (mercury).

3)      Niraizi (Wafat 922 M)

Ia telah membuat planetarium dengan ketepatan yang diakui oleh para ahli. Ia mengkritik pendapat Ptolomeus yang berpaham geosentris, dan menulis sejumlah buku yang memuat tentang cuaca dan iklim, serta pengetahuan tentang bintang. Ia membuat alat bantu ilmu bintang yang dapat menggambarkan gerak-gerak benda langit dan mengukur jaraknya.

4)      Tsabit ibnu Qurrah (Wafat 901 M)

Ia merupakan tokoh lain di bidang astronomi yang membahas waktu matahari (Syamsiah) yang lamanya setahun 365 hari, 5 jam, 49 menit, 1 detik.

5)      Ibnu Sina (980–1037 M)

Ia adalah tokoh kedokteran, orang Barat menyebutnya Avicenna. Dialah yang pertama kali menunjukkan bahwa udara merupakan penyalur penyakit dan merintis pengobatan penyakit saraf (neurasthenia). Karyanya yang berjudul Al-Qanun fi’ith Thibb atau Pedoman Kedokteran merupakan buku terluas yang dipergunakan dalam dunia Islam maupun Barat, seluruh karyanya berjumlah 170 buah yang sebagian besar sudah diterjemahkan dalam bahasa Latin.

6)      Ibnu Rusyd (1126–1198 M)

Seorang penulis kedokteran umum, orang Barat menyebutnya Averoes. Ia merintis ilmu jaringan tubuh (histology) dan berjasa dalam penelitian pembuluh-pembuluh darah, ia juga mengatakan bahwa seseorang yang telah terkena penyakit cacar (seperti yang dikemukakan Ar-Razi) akan kebal terhadap penyakit tersebut.

7)      7. Az Zahrawi (Wafat 1013)

Orang yang merintis ilmu pengenalan penyakit (diagnostic) dan cara penyembuhan (therapeutic) penyakit telinga. Selain itu, juga merupakan perintis pembedahan telinga dan pelopor penyakit kulit (dermatology). Karya-karyanya yang telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dan dicetak berulang kali di Eropa ialah Genua (1497), Basel (1541) dan Oxford (1778)

8)      Ibnu Baithar (Wafat 1248)

Di Barat, Ia dikenal sebagai Alpetragius yakni seorang ahli tumbuhan. Oleh karena ia banyak melakukan terapannya sebagai applied science untuk keperluan obat-obatan. Sebagian ilmunya memang berasal dari Yunani, tetapi 1.400 ramuan obat yang dikemukakannya, sebanyak 300 ramuan merupakan temuannya sendiri dan 200 merupakan ramuan dari tumbuhan. Karyanya yang terkenal ialah Al Adwiyati’l Bashtithah yang artinya Ramuan Ramuan Sederhana dicetak dalam bahasa Latin dengan judul Simplicia (1758)

9)      Al Ashama’I (740–828 M)

Seorang sarjana ilmu hewan. Karyanya berjudul Al Hayawan yang berarti hewan. Di dalam buku tersebut dipaparkan tentang singa, harimau, gajah, dan unggas. Ia meneliti binatang-binatang tersebut dalam alamnya serta perpindahannya yang berhubungan dengan musim.

d.      Zaman Modern

Zaman ini dimulai pada abad ke-15 karena banyaknya penemuan yang mengubah pola pikir sebelumnya terutama dengan penemuan empiris yang didukung oleh alat bantu yang lebih baik. Perubahan pola pikir yang sangat radikal ialah perubahan paham geosentris menjadi heliosentris yang sangat bertentangan dengan paham dan kepercayaan maupun kekuasaan saat itu.

Pakar yang penting pada era itu ialah Copernicus (1447–1543) dan Galileo (1546–1642). Copernicus dalam bukunya De Revolutionibus Orbim Caelestinum atau Peredaran Alam Semesta menyatakan sistem heliosentris. Penemuan tersebut didukung juga oleh penemuan Galileo. Era ini dianggap sebagai titik awal ilmu pengetahuan modern yang berdasarkan pada teori induksi atau suatu kebenaran harus dibuktikan secara empiris. Penemuan tersebut juga membuka cara berpikir yang lebih maju, terbuka, dan berani menyatakan kebenaran meskipun harus bertentangan dengan pendapat atau kepercayaan umum yang ada. Selain tokoh-tokoh tersebut, ada beberapa tokoh lainnya sebagai berikut.

1)      Roger Bacon (1214–1294)

Pakar ini menyatakan bahwa hakikat ilmu pengetahuan alam ialah ilmu yang berdasarkan kepada kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalaman, penyelidikan, dan percobaan; sedangkan matematika ialah dasar dan kunci untuk berpikir dan mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

2)      Nicolas Copernicus (1473–1543)

Ia seorang ahli astronomi, matematika dan pengobatan yang berpendapat bahwa matahari ialah pusat dari sistem tatasurya dan bumi mengelilingi matahari, sedangkan bulan mengelilingi bumi.

3)      Francis Bacon (1561–1626)

Ia mendukung bahwa cara berpikir induktif ialah satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran dan kebenaran itu hanya dapat dicapai dengan penyelidikan dan percobaan (eksperimen) yang nantinya akan menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam.

Sehingga mulai saat itu, kegiatan eksperimen ditingkatkan dengan memperbaiki langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan, antara lain dengan melakukan:

1)      observasi dan pengumpulan data;

2)      menyusun model atau ramalan generalisasi;

3)      melakukan eksperimen untuk menguji ramalan atau generalisasi sehingga memperoleh kesimpulan atau hukum yang lebih mantap.

4)      Johanes Keppler (1571–1630)

Mengemukakan tiga buah hukum tentang peredaran planet mengelilingi matahari sebagai berikut.

1)      Orbit dari semua planet berbentuk elips.

2)      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.

3)      Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu dengan matahari.

5)      Galileo Galilei (1546–1642)

Pakar ini menemukan antara lain empat hukum gerak, penemuan tata bulan planet Jupiter, mendukung heliosentrisme dari Copernicus dan hukumnya Keppler. Ia juga menegaskan bahwa bulan tidak datar, penuh dengan gunung, planet Mercurius dan Venus tidak memancarkan cahaya sendiri dan juga menemukan empat buah bulan pada planet Jupiter. Penemuannya ini didasarkan atas pengamatan dengan alat teropong bintangnya.

Semua penemuan dan pendapatnya yang telah disebutkan di atas disusun berdasarkan hasil percobaan. Sejak itu dianggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern. Dianggap demikian karena pengetahuan yang diperoleh tidak hanya menggunakan cara berpikir deduktif saja tetapi juga bertumpu pada pengetahuan yang sudah diakui kebenarannya dengan eksperimen. Dengan kata lain, setelah manusia memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen lahirlah IPA sebagai ilmu yang mantap.

6)      John Dalton (1766–1844)

Ia menemukan teori tentang atom dan menemukan multiple proporties. Karyanya, antara lain Meteorogical Observations and Essays (1793), kemudian A New System of Chemical of Philosophy (1827). Dalton juga menemukan kasus buta warna pada penglihatan manusia.

7)      Malphighio Malpighi (1628–1694)

Ia menemukan anatomi tubuh dengan percobaan, mula-mula pada katak, kemudian menemukan struktur binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Dengan cara yang rasional dan empiris yang dikembangkan, ilmu pengetahuan maju dengan pesat sehingga dikatakan sebagai scientific revolution. Ilmu dipikirkan untuk kesejahteraan manusia (antologi), dan lahirnya applied science (ilmu terapan).

 

 

 

 

LEMBAR KERJA MAHASISWA

1.      Disebut apakah ilmu pengetahuan yang melakukan kajian tentang gejala-gejala di alam semesta termasuk planet bumi yang terfokus pada konsep dan prinsip dasar yang esensial saja?

a.       Ilmu Alam Semesta

b.      Ilmu Almiah Dasar

c.       Ilmu Pengetahuan Sosial

d.      Ilmu Materi dan Energi

2.      Alasan Ilmu Alamiah Dasar (IAD) sebagai ilmu dianggap perlu diketahui dan dimiliki oleh mahasiswa, kecuali…

a.       Memberikan konsep-konsep dasar dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

b.      Memberikan wawasan pengetahuan, pengertian, dan apresiasi terhadap objek, cara pemikiran, dan cara-cara pendekatan dalam IPA dan teknologi yang sifatnya terapan;

c.       IAD hanya mempelajari mengenai sifat keingintahuan manusia saja

d.      Menyadarkan manusia akan kandungan kekayaan bumi, baik yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum

3.      Kenapa Ilmu Alamiah Dasar bersifat relative?

a.      Karena Ilmu Alamiah Dasar merupakan disiplin ilmu yang dapat berubah sesuai kemajuan peradaban manusia

b.      Karena Ilmu Alamiah Dasar mengkaji tentang ilmu pasti

c.       Karena Ilmu Alamiah Dasar mutlak mengkaji tentang Alam

d.      Karena Ilmu Alamiah Dasar adalah disiplin ilmu yang stagnan pada masanya

4.      Bagaimana peran Ilmu Alamiah Dasar dalam kehidupan manusia sampai saat ini?

a.       Suatu ilmu yang dapat menurunkan kualitas mutu produksi.

b.      Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu yang berkaitan dengan sosial.

c.       Memberikan kontribusi tentang ilmu ekonomi.

d.      Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu yang berkaitan dengan alam.

5.      Ruang lingkup ilmu alamiah dasar yaitu, kecuali…

a.       Fisika, Kimia, Biologi, Morfologi

b.      Kimia, Botani, Morfologi, Anatomi

c.       Fisiologi, Sitologi, Biologi, Psikologi

d.      Zoologi, Botani, Anatomi, Biologi

6.      Yang termasuk ke dalam paham eksistensialisme  yang terdapat dalam hakikat manusia dalam wujud dan sifatnya dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan yaitu, kecuali ….

a.       Kemampuan Menyadari Diri

b.      Kemampuan Bereksistensi

c.       Kata Hati

d.      Naluri

7.      Pengetahuan yang diperoleh melalui cara coba – salah – coba - salah, tanpa dilandasi dengan teori yang relevan disebut dengan..

a.      Cara Coba - Ralat (Trial and Error)

b.      Prasangka  

c.       Intuisi

d.      Penemuan Kebetulan

8.      Perkembangan sifat dan pemikiran manusia yang terdapat masa yang disebut sebagai periode operasional nyata terdapat pada anak yang berusia ..

a.       0 – 2 Tahun

b.      3 – 5 Tahun

c.       6 – 12 Tahun

d.      13 – 20 Tahun

9.      Tahap manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubugkan dengan kekuatan gaib disebut juga sebagai tahap ..

a.       Tahap filsafat

b.      Tahap teologi

c.       abstrak

d.      Tahap positif

10.  Pada zaman ini juga banyak dikembangkan metode eksperimen yang memungkinkan perluasan bidang kedokteran, farmasi, astronomi, kimia dan biologi

a.      Zaman Pertengahan

b.      Zaman Yunani (600-200 SM )

c.       Zaman Purba

d.      Zaman modern

 

 

 

 


 

Daftar Pustaka

Ahmadi, Supatmo, A. 2008. Buku Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Aly, A., Rahma, E. 2004. Buku Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Asiyah, dkk. 2019. Ilmu Alamiah Dasar Dalam Perspektif Islam. Bengkulu : Vanda          Marcom.

Darmodjo, Hendro, Yeni. 2006. Materi Pokok Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta :         Rajawali Press.

Dewiki, Santi, dkk. 2014. Ilmu Alamiah Dasar. Tanggerang Selatan: Universitas    Terbuka.

Halil, Hermanto. 2016. Ilmu alamiah dasar (IAD) Ilmu sosial dasar (ISD) Ilmu       Budaya DasaR (IBD) Dalam Perspektif Islam. Pamekasan: Duta Media      Publishing.

Jasin, M. 2009. Buku Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Rajawali Press.

Sodiq, Mochammad. 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Kencana.

Tasmuji, dkk. 2018. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar.   Surabaya:UIN Sunan Ampel Press.

Widiastuti, Ni Luh Gede Karang. 2017. Ilmu Alamiah Dasar. Denpasar: Universitas          Dwijendra.

Argumentasi Kritis Tentang Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan

Argumentasi Kritis Tentang Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan Pendidik...